ads
Saturday, February 11, 2012

February 11, 2012
8
Di Masjid Al-Ishlah, imam shalat sudah terjadwal secara rapi. Ada lima nama yang didaulat secara bergantian sebagai imam di masjid tersebut. Dua di antaranya adalah Pak Mahmudi dan Pak Marwan.

Sudah sejak lama keduanya tidak akur. Dari masalah partai politik sampai masalah jualan di pasar, keduanya selalu saja tampak bermusuhan. Begitu pula dalam hal amalan dan praktik ibadah, keduanya sering tidak sejalan. Jika hanya tidak sejalan tentu tidak jadi masalah. Yang jadi masalah, ketika berbeda pendapat atau tidak sejalan, keduanya langsung terbakar emosi dan serasa mau menciptakan perang dunia ke-3.

Alkisah, saat shalat Jum’at, Pak Mahmudi mendapat jadwal sebagai imam shalat. Setelah berdiri tegak menghadap kiblat, Pak Mahmudi segera mengangkat tangan bertakbiratul ihram. “Allaaahu akbar!” terdengar fasih sekali.

Dilanjutkan dengan bacaan surat Al-Fatihah:

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbli ‘alamin
…dst

Setelah membaca surat pendek, dilanjutkan dengan rukuk, i’tidal, sujud, dan seterusnya sampai akhirnya Pak Mahmudi menutup shalatnya dengan salam.

“Assalamu’alaikum warahmatullah,” ucapnya sambil menoleh ke kanan. Lalu dilanjutkan dengan salam yang kedua, “Assalamu’alaikum warahmatullah,” sambil menoleh ke kiri.

Ternyata Pak Marwan tidak sependapat dengan praktik shalat Pak Mahmudi. Menurutnya, saat membaca surat Al-Fatihah tidak boleh dibuka dengan bismillah, tetapi harus langsung alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Begitu pula saat salam, harus disempurnakan sampai “…wabarakatuh.”

Karena itu, murkalah Pak Marwan. Dia bertekad akan memprotes cara shalat Pak Mahmudi pada shalat Jum’at yang akan datang.

***

Benar, pada Jum’at berikutnya, Pak Marwan mendapat jadwal menjadi imam. Setelah bertakbiratul ihram dan seterusnya, tibalah saat Pak Marwan membaca surat terpokok dalam shalat, yaitu Al-Fatihah. “Nah, kali ini aku akan memberi pelajaran cara shalat yang benar kepada Si Mahmudi yang dungu itu,” tekadnya dalam hati.

Dengan suara keras, Pak Marwan membaca surat Al-Fatihah:
Tanpa bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
… dst.

Jamaah yang semula khusyuk mendadak buyar. Mereka saling menoleh. “Fatihahnya sekarang direvisi ya?” bisik mereka. Namun karena jamaah merasa awam dan kalah ilmu dengan Pak Marwan, mereka tetap saja melanjutkan shalat itu.

Akhirnya, tibalah saat penutupan shalat. Pak Marwan mengucapkan salam dengan sempurna.

“Assalamu’alaikum warahmatullah dengan wabarakatuh.” Sambil menoleh ke kanan.

“Assalamu’alaikum warahmatullah dengan wabarakatuh.” Lalu menoleh ke kiri.

Untuk kedua kalinya, jamaah saling berpandangan dan berbisik, “Bacaan salamnya juga direvisi.”

***

Pak Mahmudi tidak terima dengan aksi protes rivalnya itu. Dia merasa tertantang untuk membalas aksi protes tersebut pada shalat Jum’at yang akan datang.

Seminggu pun berlalu. Tibalah jadwal Pak Mahmudi kembali menjadi imam shalat. Setelah bertakbiratul ihram dan membaca doa iftitah, Pak Mahmudi melanjutkan membaca surat Fatihah dengan suara yang tidak kalah lantangnya.

Dengan bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
…dst

Lagi-lagi jamaah dibuat saling melongo. “Eh, Fatihahnya direvisi lagi ya?” bisik mereka.

Ketika sampai pada penutupan shalat, Pak Mahmudi membaca salam:

“Assalamu’alaikum warahmatullah tanpa wabarakatuh.” Sambil menoleh ke kanan.
“Assalamu’alaikum warahmatullah tanpa wabarakatuh.” Lalu menoleh ke kiri.


“Wah, salamnya juga versi revisi lagi nih!” keluh jamaah.

"Namanya Masjid Al-Ishlah (Masjid Perdamaian), tapi imamnya kok ngga' damai gini ya," keluh yang lain.


8 comments:

Anonymous said...

waduh kok bisa begitu ya :D

Kang Muroi said...

Perselisihan disebabkan, karena fanatik terhadap ajaran dan hanya mengkaji satu kitab saja, padahal kalo ia legowo cobalah kaji fikih dari berbagai macam kitab entah itu kitab kuning ataupun kitab putih agar bisa mencari jalan yang terbaik dan beribadah sesuai dengan tuntunan rosulullah.
Mas Irham..untuk mempererat ukhuwah, ane ada bingkisan persahabatan dari sobat Arief, kalo berkenan silakan diboyong mas....kalo ga sempet direview juga tak jadi mengapa.....

ceritatugu said...

wah ini pemimpinya yang berselisih umatnya jadi yang bingung

rizki_ris said...

Kunjungan malam mas
Waduh itu kenapa ayatnya bisa disisipin bahasa indonesia
jadi beda arti noh ntar ^^

Irham Sya'roni said...

@HEЯRY hehehe... cuma anekdot kok Mas.

Irham Sya'roni said...

@Muro'i El-Barezy Siippp... benar sekali, Mas. Dengan keluasan ilmu dan khazanah, maka fanatisme yg berlebihan akan dapat dikurangi atau bahkan dileburkan.

Makasih banyak atas awardnya Mas. Insya Allah makin memicu dan memacu semangat kita untuk berukuwah.

Irham Sya'roni said...

@Cerita Tugu hehehe... memang biasanya yg terjadi, rakyat atau akar rumput selalu jadi korban rivalitas kalangan atas, Pak. hehe

Irham Sya'roni said...

@rizki_ris Hehehe... begitulah mbak jika fanatisme berlebihan. apalagi tidak dilandasi keluasan ilmu, jadinya ya ancur-ancuran gitu deh. hehe