Di Masjid Al-Ishlah, imam
shalat sudah terjadwal secara rapi. Ada lima nama yang didaulat secara
bergantian sebagai imam di masjid tersebut. Dua di antaranya adalah Pak Mahmudi
dan Pak Marwan.
Sudah
sejak lama keduanya tidak akur. Dari masalah partai politik sampai masalah
jualan di pasar, keduanya selalu saja tampak bermusuhan. Begitu pula dalam hal
amalan dan praktik ibadah, keduanya sering tidak sejalan. Jika hanya tidak
sejalan tentu tidak jadi masalah. Yang jadi masalah, ketika berbeda pendapat
atau tidak sejalan, keduanya langsung terbakar emosi dan serasa mau menciptakan
perang dunia ke-3.
Alkisah,
saat shalat Jum’at, Pak Mahmudi mendapat jadwal sebagai imam shalat. Setelah
berdiri tegak menghadap kiblat, Pak Mahmudi segera mengangkat tangan
bertakbiratul ihram. “Allaaahu
akbar!” terdengar fasih sekali.
Dilanjutkan
dengan bacaan surat Al-Fatihah:
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi
rabbli ‘alamin
…dst
Setelah
membaca surat pendek, dilanjutkan dengan rukuk, i’tidal, sujud, dan seterusnya
sampai akhirnya Pak Mahmudi menutup shalatnya dengan salam.
“Assalamu’alaikum
warahmatullah,” ucapnya
sambil menoleh ke kanan. Lalu dilanjutkan dengan salam yang kedua, “Assalamu’alaikum warahmatullah,” sambil menoleh ke kiri.
Ternyata
Pak Marwan tidak sependapat dengan praktik shalat Pak Mahmudi. Menurutnya, saat
membaca surat Al-Fatihah tidak boleh dibuka dengan bismillah, tetapi harus langsung alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Begitu pula saat salam, harus
disempurnakan sampai “…wabarakatuh.”
Karena
itu, murkalah Pak Marwan. Dia bertekad akan memprotes cara shalat Pak Mahmudi
pada shalat Jum’at yang akan datang.
***
Benar,
pada Jum’at berikutnya, Pak Marwan mendapat jadwal menjadi imam. Setelah
bertakbiratul ihram dan seterusnya, tibalah saat Pak Marwan membaca surat
terpokok dalam shalat, yaitu Al-Fatihah. “Nah, kali ini aku akan memberi pelajaran
cara shalat yang benar kepada Si Mahmudi yang dungu itu,” tekadnya dalam hati.
Dengan
suara keras, Pak Marwan membaca surat Al-Fatihah:
Tanpa bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin
…
dst.
Jamaah
yang semula khusyuk mendadak buyar. Mereka saling menoleh. “Fatihahnya sekarang
direvisi ya?” bisik mereka. Namun karena jamaah merasa awam dan kalah ilmu
dengan Pak Marwan, mereka tetap saja melanjutkan shalat itu.
Akhirnya,
tibalah saat penutupan shalat. Pak Marwan mengucapkan salam dengan sempurna.
“Assalamu’alaikum
warahmatullah dengan wabarakatuh.” Sambil menoleh ke
kanan.
“Assalamu’alaikum
warahmatullah dengan wabarakatuh.” Lalu menoleh ke
kiri.
Untuk
kedua kalinya, jamaah saling berpandangan dan berbisik, “Bacaan salamnya juga
direvisi.”
***
Pak
Mahmudi tidak terima dengan aksi protes rivalnya itu. Dia merasa tertantang
untuk membalas aksi protes tersebut pada shalat Jum’at yang akan datang.
Seminggu
pun berlalu. Tibalah jadwal Pak Mahmudi kembali menjadi imam shalat. Setelah
bertakbiratul ihram dan membaca doa iftitah, Pak Mahmudi melanjutkan membaca
surat Fatihah dengan suara yang tidak kalah lantangnya.
Dengan bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin
…dst
Lagi-lagi
jamaah dibuat saling melongo. “Eh, Fatihahnya direvisi lagi ya?” bisik mereka.
Ketika
sampai pada penutupan shalat, Pak Mahmudi membaca salam:
“Assalamu’alaikum
warahmatullah tanpa wabarakatuh.” Sambil menoleh ke
kanan.
“Assalamu’alaikum
warahmatullah tanpa wabarakatuh.” Lalu menoleh ke
kiri.
“Wah,
salamnya juga versi revisi lagi nih!” keluh jamaah.
"Namanya Masjid
Al-Ishlah (Masjid Perdamaian), tapi imamnya kok ngga' damai gini ya,"
keluh yang lain.
8 comments:
waduh kok bisa begitu ya :D
Perselisihan disebabkan, karena fanatik terhadap ajaran dan hanya mengkaji satu kitab saja, padahal kalo ia legowo cobalah kaji fikih dari berbagai macam kitab entah itu kitab kuning ataupun kitab putih agar bisa mencari jalan yang terbaik dan beribadah sesuai dengan tuntunan rosulullah.
Mas Irham..untuk mempererat ukhuwah, ane ada bingkisan persahabatan dari sobat Arief, kalo berkenan silakan diboyong mas....kalo ga sempet direview juga tak jadi mengapa.....
wah ini pemimpinya yang berselisih umatnya jadi yang bingung
Kunjungan malam mas
Waduh itu kenapa ayatnya bisa disisipin bahasa indonesia
jadi beda arti noh ntar ^^
@HEЯRY hehehe... cuma anekdot kok Mas.
@Muro'i El-Barezy Siippp... benar sekali, Mas. Dengan keluasan ilmu dan khazanah, maka fanatisme yg berlebihan akan dapat dikurangi atau bahkan dileburkan.
Makasih banyak atas awardnya Mas. Insya Allah makin memicu dan memacu semangat kita untuk berukuwah.
@Cerita Tugu hehehe... memang biasanya yg terjadi, rakyat atau akar rumput selalu jadi korban rivalitas kalangan atas, Pak. hehe
@rizki_ris Hehehe... begitulah mbak jika fanatisme berlebihan. apalagi tidak dilandasi keluasan ilmu, jadinya ya ancur-ancuran gitu deh. hehe
Post a Comment