Kalau Anda pernah menghadiri pemakaman, entah itu pemakaman
keluarga, sahabat, kawan, tetangga, atau siapa saja, coba perhatikan perbuatan
si mayit tersebut sewaktu masih hidup. Bila ternyata dulunya ia adalah orang
yang tidak lurus-lurus amat hidupnya; dalam arti kalaupun beragama, ia beragama
sambil lalu atau setengah-setengah, maka coba tanya diri sendiri kira-kira apa
yang akan dilakukan si mayit tersebut apabila diberi kesempatan untuk hidup
kembali oleh Allah swt.. Apakah menurut Anda ia akan berbuat baik
terus-menerus? Insya Allah, jawabannya adalah ‘Ya.’
Allah swt. berfirman, “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir
itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:
‘Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)’.” (Q.s. Al-Mu’minun [23]: 99)
Atau, coba bayangkan, kematian itu menggunakan prosedur yang
memperbolehkan calon mati mengetahui hari kematiannya. Umpamanya prosedur
kematian menyatakan bahwa setiap satu pekan sebelum hari kematian, dikeluarkan
pengumuman mengenai siapa yang akan meninggal pekan depan. Menurut Anda apa
yang akan dilakukan oleh manusia dalam menyikapi prosedur permakluman kematian
seperti ini? Taubat! Ya, Insya Allah, masjid-masjid akan selalu dipenuhi oleh
orang-orang yang bertaubat.
Sayangnya, kedua perumpamaan di atas tidak berlaku. Dan sayangnya
juga, sebagaimana jodoh dan rezeki, ajal juga termasuk sesuatu yang misterius
yang tidak ada seorang pun mengetahui kapan dan di mana ia akan meninggal. Oleh
karena itu, sepatutnyalah kita yang sekarang ini masih diberi kesempatan hidup
melakukan perbuatan-perbuatan baik, melaksanakan perintah-perintah Allah, dan
menjauhi segala larangan-Nya. Sepatutnya kita yang masih hidup ini memanfaatkan
usia kita dengan taubat sebelum pintu taubat itu tertutup.
Sepenggal Kisah Inspiratif
Pada suatu hari Umar bin Khaththab r.a. masuk ke rumah Rasulullah
saw. dalam keadaan menangis, padahal beliau terkenal orang yang keras dan kuat
hati. “Di depan pintu Rasulullah, ada seorang pemuda yang menangis tersedu-sedu.
Aku terharu melihatnya, hingga aku sendiri turut menangis,” ujar sahabat Umar.
Rasulullah saw. berkata, “Perintahkan dia masuk!”
Anak muda itu pun masuk ke rumah Rasulullah dalam keadaan masih
mencucurkan air mata. Rasulullah lalu bertanya, “Apakah sebabnya engkau
menangis, wahai anak muda?”
“Aku menangis mengenang dosaku yang amat banyak. Saking banyaknya,
rasanya pundakku tiada kuasa lagi memikulnya,” tutur sang pemuda.
Kemudian Rasulullah bertanya, “Apakah engkau berbuat syirik,
menyekutukan Tuhan?”
“Tidak!” jawab pemuda itu.
“Kalau demikian, Tuhan akan mengampuni dosa-dosamu, walaupun
dosamu itu seberat langit, bumi, dan gunung,” sahut Rasulullah saw..
“Dosaku lebih berat daripada itu lagi,” kata pemuda itu.
“Apakah dosamu itu lebih berat dari seluruh tahta?” tanya
Rasulullah saw..
“Memang, lebih berat dari itu, ya Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Apakah lebih berat daripada Arsy?”
“Lebih berat lagi!”
“Apakah dosamu itu lebih berat dari Tuhanmu sendiri, yang
mempunyai sifat pengampun dan penerima taubat?” sahut Rasulullah saw..
“Tidak, ya Rasulullah. Ampunan Tuhan lebih berat daripada dosaku.
Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada ampunan Tuhan.”
“Terangkanlah dosa yang telah engkau lakukan itu. Jangan engkau
segan dan merasa malu-malu.”
Akhirnya, anak muda itu menerangkan, “Saya bekerja sebagai penjaga
kuburan, sudah tujuh tahun lamanya. Pada suatu hari, seorang budak perempuan
meninggal dan dikuburkan di pemakaman yang saya jaga itu. Saya digoda oleh
iblis, sehingga di waktu malam aku bongkar kuburan itu kembali. Saya curi kain
kafan yang membalut mayat wanita itu. Kemudian saya meninggalkan tempat itu.”
Pada suatu ketika yang lain, saya berjalan kembali ke dekat
kuburan itu. Tiba-tiba wanita yang sudah mati itu bangkit dari kuburnya dan
berkata kepada saya dengan suaranya yang lantang, “Celakalah engkau, hai anak
muda! Tidakkah engkau melakukan perbuatan kejam terhadap seorang wanita yang tidak
berdaya lagi? Sampai hatikah engkau membiarkan aku menghadap Tuhan dalam
keadaan telanjang?”
Mendengar keterangan itu, Rasulullah sangat marah seraya berkata,
“Engkau memang seorang yang fasik dan akan masuk neraka!”
Seketika itu juga beliau mengusir anak muda itu. Dengan gemetar
tetapi masih dalam keadaan sadar, anak muda itu menyesali perbuatannya itu
tiada putus-putusnya. Setiap malam ia berkhalwat dan tak habis-habisnya
menyesali perbuatannya yang zalim itu.
Dia selalu memohon doa kepada Tuhan, “Ya Tuhanku, aku menyatakan
taubat dari perbuatan yang sesat itu. Jika Engkau masih memberikan ampunan atas
dosa yang aku perbuat itu, maka sampaikan hal itu kepada Rasulullah. Jika
dosaku itu memang tidak Engkau ampuni lagi, maka turunkanlah api dari langit
untuk membakar kulitku sehingga aku menjadi hangus, sebagai balasan atas dosa
yang aku lakukan itu.”
Tidak berapa lama kemudian Malaikat Jibril menyampaikan wahyu
kepada Rasulullah, bahwa Tuhan mengampuni dosa anak muda itu, sebab taubatnya
itu dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
Setelah wahyu turun, maka Rasulullah memanggil si pemuda dan
menyampaikan kepadanya berita yang menggembirakan itu.
Untaian Mutiara Kata
1. Orang alim yang berbuat dosa lebih berat siksanya, dibandingkan
dengan orang bodoh yang berbuat dosa. (Mansyur Abdul Hakim)
2. Keadaan hamba ini hanya ada empat macam: Nikmat, balak, taat,
dan maksiat. Maka jika ada di dalam nikmat, kewajiban hamba adalah bersyukur
kepada Allah dan jika menerima balak harus sabar. Dan, jika dapat melakukan
ketaatan harus merasa mendapat taufik hidayat dari Allah. Dan, bila tergelincir
dalam dosa maksiat, maka harus membaca istighfar. (Abul Abbas)
3. Dosa yang paling berbahaya adalah dosa yang dianggap remeh oleh
pelakunya. (Ali bin Abi Thalib)
4. Antara tanda-tanda orang yang bijaksana, yaitu hatinya selalu
berniat suci, lidahnya selalu basah dengan dzikrullah, kedua matanya menangis
karena penyesalan (terhadap dosa), segala perkara dihadapinya dengan sabar dan
tabah, serta mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. (Utsman
bin ‘Affan)
5. Jangan memandang kecilnya suatu kemaksiatan, tetapi lihatlah
kepada kebesaran Dzat yang engkau telah melakukan kemaksiatan kepada-Nya.
(Bilal bin Rabah)
6. Mencaci orang Muslim itu dosa, dan membunuhnya adalah
kekufuran. (Sabda Nabi saw.)
7. Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah karena maksiat
yang telah kalian lakukan. Cucilah kotornya pakaian agama dengan air taubat,
istiqamah, dan ikhlas. Kemudian, harumkanlah pakaian itu dengan parfum
makrifat. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)
8. Andaikata jiwa terus sadar dan waspada, maka ia akan terus
melakukan yang terbaik. Jika tidak, maka ia akan terjebak pada perasaan bangga,
ketakaburan, dan sikap meremehkan orang-orang lain. Akhirnya, ia akan berkata,
“Aku telah memiliki segalanya, aku berhak untuk berbuat apa saja!” Orang
seperti itu akan membiarkan hawa nafsunya terjun ke dalam dosa-dosanya.
Padahal, kalau saja ia berdiri di pantai kerendahan hati dan jiwa pengabdian
pada Allah, akan selamatlah ia. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)
9. Musibah bagi orang Mukmin dapat menghapus dosa-dosanya (jika ia
bersabar). (Sabda Nabi saw.)
10.Barangsiapa yang selalu kenyang perutnya, maka banyak
dagingnya. Barangsiapa banyak dagingnya, maka besar syahwatnya. Barangsiapa
besar syahwatnya, maka banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya, maka keras
hatinya. Barangsiapa keras hatinya, maka ia akan tenggelam dalam lautan
kenistaan dan kemewahan duniawi. (Yahya bin Mu’adz Ar-Razi)
11.Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya
dan janganlah dia takut selain kepada dosanya. (Ali bin Abi Thalib)
12.Bila menghadapi kebodohan dan luapan hawa nafsu orang bodoh,
sebaiknya engkau diam dan bersabar. Namun, jika mereka melakukan maksiat kepada
Allah swt., engkau tidak boleh diam. Sebab, diam terhadap maksiat adalah dosa.
(Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)
13.Iblis itu celaka karena lima hal; tidak pernah mengakui dosa
yang dilakukannya, tidak pernah menyesal setelah melakukan perbuatan dosa,
tidak pernah mencela dirinya, tidak pernah punya niat untuk bertaubat, dan
putus asa dari rahmat Allah. (Muhammad Ibnu Dauri)
14.Kerusakan hati manusia itu disebabkan oleh enam faktor, yaitu
sengaja berbuat dosa dengan harapan dosanya nanti diampuni, memiliki ilmu
tetapi tidak diamalkan, apabila beramal tidak ikhlas, memakan rezeki Allah
tetapi tidak pernah bersyukur, tidak ridha dengan pemberian Allah, dan sering
mengubur orang mati tetapi tidak mau mengambil pelajaran dari kematian itu.
(Hasan Al-Basri)
15.Termasuk dalam golongan dosa besar ialah jika seseorang berani
memaki kedua orangtuanya sendiri. (Sabda Nabi saw.)
16.Wahai anak cucu Adam, meninggalkan dosa jauh lebih baik
daripada melakukan dosa lalu bertaubat. (Hasan Al-Bashri)
17.Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat
inilah saksimu adalah juga hakimmu. (Ali bin Abi Thalib)
18.Yang paling ringan bagi manusia adalah meninggalkan shalat.
Sedemikian ringannya hingga banyak manusia yang tidak merasa berdosa ketika
meninggalkannya. (Imam Al-Ghazali)
19.Di antara keberakalan orang berakal adalah ia tidak mencela
karena suatu dosa. Sebab, mungkin aku mencela seseorang dengan dosanya lalu aku
mengalami dosa itu setelah dua puluh tahun. (Yahya bin Mu’adz)
20.Manakala kalbuku mulai melemah dan semua upayaku menemui jalan
buntu, aku jadikan harapan beroleh pemaafan dari-Mu sebagai tanggaku.
Dosa-dosaku terasa sangat besar, tetapi manakala kubandingkan dengan
pemaafan-Mu, wahai Tuhanku, ternyata pemaafan-Mu jauh lebih besar.(Imam
Syafi’i)
21.Allahlah yang memperbaiki orang yang berbuat kerusakan,
merengkuh hati orang-orang yang berpaling, menerima taubat orang yang
bertaubat, menunjuki orang yang sesat, menyelamatkan orang yang rusak,
mengajari orang yang bodoh, menunjuki orang yang kebingungan, dan mengingatkan
orang yang lalai. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)
22.Hati itu juga bisa sakit sebagaimana sakitnya badan, dan obat
sakit hati adalah taubat dan lemah lembut. Hati akan keruh sebagaimana keruhnya
kaca cermin, dan cara membersihkan hati adalah dengan mengingat Allah. Hati
juga bisa telanjang sebagaimana telanjangnya tubuh, maka pakaiannya adalah
takwa. Hati juga bisa haus sebagaimana hausnya badan, maka minumannya adalah
ma’rifat (mengenal Allah), cinta, tawakkal, taubat, dan selalu menolong
manusia. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah)
23.Setiap Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang
bersalah adalah yang segera bertaubat kepada Allah. (Sabda Nabi saw.)
24.Amal yang paling baik adalah amal yang diterima oleh Allah.
Bulan yang paling baik adalah bulan yang di dalamnya engkau bertaubat kepada
Allah dengan taubat nashuha (taubat yang sungguh-sungguh). Hari yang paling
baik adalah hari saat engkau pergi meninggalkan dunia dan kembali kepada Allah
dalam keadaan beriman kepada-Nya. (Ali bin Abi Thalib)
25.Ketergesa-gesaan itu datangnya dari setan, kecuali dalam lima
hal. Sebab, yang lima hal itu termasuk sunnah Nabi, yaitu segera memberi jamuan
kepada tamu apabila ia telah masuk, segera mengurus mayat jika sudah jelas
kematiannya, segera menikahkan anak perempuan jika ia sudah dewasa, segera
membayar hutang jika telah tiba waktu pembayarannya, dan segera bertaubat
ketika terlanjur melakukan maksiat. (Hatim Al-Asham)
26.Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum
nyawanya sampai di kerongkong. (Sabda Nabi saw.)
27.Barangsiapa yang bertaubat kepada Allah selagi belum terbit
matahari dari arah barat, maka Allah menerima taubatnya. (Sabda Nabi saw.)
28.Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan
kalian, di jalan, di pasar, dalam majelis-majelis kalian, dan di mana saja
kalian berada! Karena, kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan. (Hasan
Al-Bashri)
29.Betapa banyak manusia yang dihukum secara berangsur-angsur
melalui kesenangan yang diberikan kepadanya. Betapa banyak manusia yang
mendapat cobaan melalui pujian orang lain kepadanya. Betapa banyak manusia yang
terpedaya karena kelemahannya disembunyikan oleh Allah. (Ibnu Mas’ud)
30.Janganlah sombong dengan amal, karena kesombongan merusak dan
melenyapkan amal. Orang yang mengakui pertolongan Allah pasti tidak sombong
dengan amal yang dilakukannya. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)
0 comments:
Post a Comment