1. Orang yang mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti; itulah orang pandai, maka ikutilah ia.
2. Orang yang mengerti tapi tidak mengerti bahwa ia mengerti, itulah orang yang lalai, maka peringatkanlah ia.
3. Orang yang tidak mengerti dan ia mengerti bahwa ia tidak mengerti, itulah orang yang sadar diri, maka ajarkanlah ia.
4. Orang yang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti, itulah orang yang bodoh, maka tinggalkanlah ia.
(catatan belajar ngeblog pada 2004)
Teks Arab
Redaksional versi Arab dari catatan tentang 4 golongan di atas adalah sebagai berikut:
Ucapan Siapakah Ini?
Sungguh suatu kenikmatan apabila setiap hari ada masalah-masalah agama yang bermunculan di hadapan saya. Bukan karena saya menyukai masalah. Bukan! Melainkan, dengan adanya masalah itu saya dan Anda tentunya akan terus terlecut untuk belajar, belajar, dan belajar. Dan, aktivitas belajar ini menjadi penegas bahwa sejatinya kita adalah makhluk yang bodoh, yang terus membutuhkan suntikan dan siraman ilmu dari siapa pun. Dengan menghentikan aktivitas belajar, berarti kita telah MERASA sudah tahu segalanya.Dalam posisi demikian, sungguh merupakan kebahagiaan apabila saya terus diberi kesempatan dan umur panjang untuk menjadi pembelajar, murid, dan santri abadi.
Alhamdulillah, hari ini saya mendapat PR baru dari Ustadz Muhammad Adam Hussein, S.Pd terkait dengan maqalah di atas. Sebelumnya, saya sampaikan beribu terima kasih kepada Ustadz yang telah memberi PR kepada saya. Tanpa adanya PR dari beliau, tidak mungkin pada hari ini saya akan kembali belajar. Mungkin saya akan lebih memilih menghabiskan waktu untuk nonton tivi, bermain bersama anak, nge-game, atau lainnya.
Berikut PR dari beliau:
Maqalah atau ucapan di atas (tentang pembagian manusia menjadi empat golongan) sudah sangat masyhur bahwa itu adalah ucapan Imam Ghazali. Bahkan, di hampir semua link internet dan buku-buku agama, maqalah itu tidak jarang dinisbatkan kepada al-Imam al-Ghazali, penulis kitab Ihya' Ulumiddin. Namun, demi kepastian ilmiah, setelah mendapat PR dari Ustadz Muhammad Adam Hussein, S.Pd terlecutlah semangat saya untuk menelisiknya lebih lanjut. Syukron, Ustadz! Semoga Allah memberi balasan atas amal baik Anda yang telah memberi PR kepada saya.
Setelah saya cek melalui media online, saya menemukan bahwa al-qa'il dari maqalah tersebut adalah al-Khalil bin Ahmad, bukan al-Ghazali. Memang, mulanya kebanyakan orang mengira bahwa Imam Ghazalilah yang mengucapkan maqalah itu karena beliau al-Imam memang mencantumkan maqalah tersebut di dalam kitabnya Ihya' Ulumiddin. Bahkan, ada pula yang berpendapat bahwa maqalah tersebut adalah ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan ada pula yang berpendapat Imam Syafi'i. Namun, setelah mencermati sumber-sumber di bawah ini, semakin nyata dan tegaslah bahwa yang mengucapkan maqalah tersebut adalah AL-KHALIL BIN AHMAD.
Berikut sumber-sumber online yang sementara ini saya temukan.
http://islamport.com/w/amm/Web/1539/5389.htm
http://library.islamweb.net
http://www.goodreads.com/quotes/301137
http://library.islamweb.net/hadith
http://ar.wikipedia.org
http://islamport.com/w/adb/Web/511/184.htm
http://www.nabulsi.com/blue/ar/print.php?art=7502
Karena kedha'ifan saya dan keterbatasan koleksi pustaka saya, saya mohon kepada siapa pun yang mempunyai sumber-sumber offline alias kitab turats tentang maqalah di atas, mohon dibagi ilmunya kepada saya. Matur nuwun
Kesimpulan
al-Qa'il (yang mengucapkan) maqalah di atas adalah AL-KHALIL BIN AHMAD, bukan al-Imam al-Ghazali sebagaimana dipahami oleh kebanyakan orang selama ini.
Sebagai seorang murid, pembelajar, sekaligus santri abadi, catatan tentang maqalah ini tentu tidak berhenti sampai di sini. Seorang santri akan terus belajar, belajar, dan belajar kepada para ustadz, para kiai, para alim, buku-buku, dan kitab-kitab untuk memuaskan hasrat belajarnya. Dalam hal ini, pertanyaan lanjutan yang menjadi PR bagi saya adalah: siapa al-Khalil bin Ahmad itu? Semoga Allah memberi saya umur panjang, badan dan pikiran yang sehat, serta kelonggaran waktu dan semangat untuk menjawab PR lanjutan tersebut. Insya Allah akan saya tulis dalam postingan tersendiri.
(catatan tambahan pada 23 November 2013)
Alhamdulillah, profil Al-Khalil bin Ahmad sudah bisa dibaca DI SINI
(catatan belajar ngeblog pada 2004)
Teks Arab
Redaksional versi Arab dari catatan tentang 4 golongan di atas adalah sebagai berikut:
الرِّجَالُ أَرْبَعَةٌ : رَجُلٌ يَدْرِي وَلا يَدْرِي
أَنَّهُ يَدْرِي فَذَاكَ غَافِلٌ فَنَبِّهُوَهُ ، وَرَجُلٌ لا يَدْرِي وَيَدْرِي
أَنَّهُ لا يَدْرِي فَذَاكَ جَاهِلٌ فَعَلِّمُوهُ ، وَرَجُلٌ يَدْرِي وَيَدْرِي
أَنَّهُ يَدْرِي فَذَاكَ عَاقِلٌ فَاتَّبِعُوهُ ، وَرَجُلٌ لا يَدْرِي وَلا
يَدْرِي أَنَّهُ لا يَدْرِي فَذَاكَ مَائِقٌ فَاحْذَرُوهُ[1]
1.
Orang
yang mengerti tapi tidak mengerti bahwa ia mengerti, itulah orang yang lalai,
maka peringatkanlah ia.
2.
Orang
yang tidak mengerti dan ia mengerti bahwa ia tidak mengerti, itulah orang yang
sadar diri, maka ajarkanlah ia.
3.
Orang
yang mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti; itulah orang pandai, maka
ikutilah ia.
4.
Orang
yang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti, itulah orang
yang mati/dungu, maka tinggalkanlah ia.
[1] Versi at-Tafsir
al-Kabir karya al-Imam Fakhruddin ar-Razi adalah:
قال الخليل : الرجال أربعة رجل
يدري ، ويدري أنه يدري فهو عالم فاتبعوه ، ورجل يدري ولا يدري أنه يدري فهو نائم
فأيقظوه ، ورجل لا يدري ويدري أنه لا يدري فهو مسترشد فأرشدوه ، ورجل لا يدري ،
ولا يدري أنه لا يدري فهو شيطان فاجتنبوه
Sungguh suatu kenikmatan apabila setiap hari ada masalah-masalah agama yang bermunculan di hadapan saya. Bukan karena saya menyukai masalah. Bukan! Melainkan, dengan adanya masalah itu saya dan Anda tentunya akan terus terlecut untuk belajar, belajar, dan belajar. Dan, aktivitas belajar ini menjadi penegas bahwa sejatinya kita adalah makhluk yang bodoh, yang terus membutuhkan suntikan dan siraman ilmu dari siapa pun. Dengan menghentikan aktivitas belajar, berarti kita telah MERASA sudah tahu segalanya.Dalam posisi demikian, sungguh merupakan kebahagiaan apabila saya terus diberi kesempatan dan umur panjang untuk menjadi pembelajar, murid, dan santri abadi.
Alhamdulillah, hari ini saya mendapat PR baru dari Ustadz Muhammad Adam Hussein, S.Pd terkait dengan maqalah di atas. Sebelumnya, saya sampaikan beribu terima kasih kepada Ustadz yang telah memberi PR kepada saya. Tanpa adanya PR dari beliau, tidak mungkin pada hari ini saya akan kembali belajar. Mungkin saya akan lebih memilih menghabiskan waktu untuk nonton tivi, bermain bersama anak, nge-game, atau lainnya.
Berikut PR dari beliau:
Maqalah atau ucapan di atas (tentang pembagian manusia menjadi empat golongan) sudah sangat masyhur bahwa itu adalah ucapan Imam Ghazali. Bahkan, di hampir semua link internet dan buku-buku agama, maqalah itu tidak jarang dinisbatkan kepada al-Imam al-Ghazali, penulis kitab Ihya' Ulumiddin. Namun, demi kepastian ilmiah, setelah mendapat PR dari Ustadz Muhammad Adam Hussein, S.Pd terlecutlah semangat saya untuk menelisiknya lebih lanjut. Syukron, Ustadz! Semoga Allah memberi balasan atas amal baik Anda yang telah memberi PR kepada saya.
Setelah saya cek melalui media online, saya menemukan bahwa al-qa'il dari maqalah tersebut adalah al-Khalil bin Ahmad, bukan al-Ghazali. Memang, mulanya kebanyakan orang mengira bahwa Imam Ghazalilah yang mengucapkan maqalah itu karena beliau al-Imam memang mencantumkan maqalah tersebut di dalam kitabnya Ihya' Ulumiddin. Bahkan, ada pula yang berpendapat bahwa maqalah tersebut adalah ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan ada pula yang berpendapat Imam Syafi'i. Namun, setelah mencermati sumber-sumber di bawah ini, semakin nyata dan tegaslah bahwa yang mengucapkan maqalah tersebut adalah AL-KHALIL BIN AHMAD.
Berikut sumber-sumber online yang sementara ini saya temukan.
http://islamport.com/w/amm/Web/1539/5389.htm
http://library.islamweb.net
http://www.goodreads.com/quotes/301137
http://library.islamweb.net/hadith
http://ar.wikipedia.org
http://islamport.com/w/adb/Web/511/184.htm
http://www.nabulsi.com/blue/ar/print.php?art=7502
Karena kedha'ifan saya dan keterbatasan koleksi pustaka saya, saya mohon kepada siapa pun yang mempunyai sumber-sumber offline alias kitab turats tentang maqalah di atas, mohon dibagi ilmunya kepada saya. Matur nuwun
Kesimpulan
al-Qa'il (yang mengucapkan) maqalah di atas adalah AL-KHALIL BIN AHMAD, bukan al-Imam al-Ghazali sebagaimana dipahami oleh kebanyakan orang selama ini.
Sebagai seorang murid, pembelajar, sekaligus santri abadi, catatan tentang maqalah ini tentu tidak berhenti sampai di sini. Seorang santri akan terus belajar, belajar, dan belajar kepada para ustadz, para kiai, para alim, buku-buku, dan kitab-kitab untuk memuaskan hasrat belajarnya. Dalam hal ini, pertanyaan lanjutan yang menjadi PR bagi saya adalah: siapa al-Khalil bin Ahmad itu? Semoga Allah memberi saya umur panjang, badan dan pikiran yang sehat, serta kelonggaran waktu dan semangat untuk menjawab PR lanjutan tersebut. Insya Allah akan saya tulis dalam postingan tersendiri.
(catatan tambahan pada 23 November 2013)
Alhamdulillah, profil Al-Khalil bin Ahmad sudah bisa dibaca DI SINI
4 comments:
Ini kan menurut Imam Ghazali tapi kenapa ga disebutkan.
Saya cuma mengingatkan.
Terima kasih atas masukannya, Ustadz. Mohon maaf, ini coretan tahun 2004, yang mana pada tahun 2004 itu saya masih belajar memposting tulisan. Jadi, belum berpikir lebih dalam tentang isi postingannya. Alhamdulillah, kehadiran antum mengingatkan saya untuk membenahi postingan2 lama yg semula sekadar belajar posting saja ini.
Tentang 4 golongan di atas, memang ada yg tercantum dalam kitab Ihya' karya Imam Ghazali. Tetapi, setelah saya telusuri, itu adalah ungkapan masyhur yg dilontarkan oleh Al-Khalil bin Ahmad (hadits Maqthu'). Jadi, bukan menurut Al-Ghazali. Wallahu a'lam. kalau simpulan saya salah, mohon diluruskan Ustadz.
sama-sama pak, kita kan sama-sama penulis bukan blogger biasa.
Oh begitu, mungkin saja begitu karena ada dalam kitab Ihya Ulumuddin.
Ah, bagi saya, kawan-kawan blogger adalah penulis-penulis hebat juga, Ustadz. Cuma kebetulan medianya tidak berupa kertas, entah buku, koran, atau majalah. Bagi saya, siapa pun menuangkan pikirannya dlm bentuk tulisan, mereka adalah penulis. Tidak ada beda antara blogger biasa dan penulis. Justru saya lebih banyak belajar menulis dari para blogger tersebut yg tangguh setiap saat memunculkan dan menuangkan ide apa pun di medianya. Sementara saya, untuk rajin menulis blog saja selalu kesulitan tema. ^_^ *Aduh, bener2 malu kpd diri sndiri yg tdk seeksis para blogger itu.
Post a Comment