ads
Wednesday, August 25, 2004

August 25, 2004
Seorang Jamaah haji dari Sunda tersesat ketika hendak thawaf mengitari ka'bah. Ia mencari-cari Masjidil Haram. Mau tanya-tanya ia hanya mengerti bahsa Sunda. Padahal dari tadi tidak dijumpainya orang sekampungnya.

Alangkah gembiranya orang Sunda itu ketika bertemu dengan jamaah lain yang kulitnya sama. Disangka orang itu sedaerah dengannya. Maka dengan bahsa Sunda yang lancar ia bertanya: "Punten ka palih mana ka Masjidil Haram?" Maksudnya menanyakan arah menuju Masjidil Haram.

Ternyata yang ditanya tadi bukan orang Sunda. Kulitnya sama, tetapi bahsanya berbeda. sebab ia orang Jawa totok yang hanya mengerti bahsa Jawa. karena itu orang tersebut menggeleng seraya menjawab, "Lhah.. Mboten ngertos" maksudnya dia tidak mengerti apa yang ditanyakan.

Tetapi orang sunda itu tidak kehabisan akal. Ia berpikir orang Jawa itu toh biasa sembahyang, pasti ngerti terjemahnnya syart al-fatihah. kan selalu dibaca waktu sholat.

Ia pun lantas berkata, "punten.. Ihdina Masjidil Haram!" (Ihdina adalah salah satu kalimat dalam syrat al-fatihah yang maknanya berilah berilah kami petunjuk). Betul juga, orang jawa itu paham maksudnya. Maka sambil tertawa orang itu menjawab, "Shirathal Mustaqim". (ini juga terdapat dalam surat al-fatihah yang berarti jalan lurus).

Orang Sunda itu dengan suka cita mengucapkan terima kasih (tentu masih dalam bahsa Sunda), lalu ia berjalan lurus ke depan. Beberapa langkah di muka ia agak kebingungan. yang lurus jalannya kecil, sedang yang lebar jalannya agak ke sebelah kiri. Jadi, ia menempuh jalan agak ke kiri itu karena lebih lebar.

0 comments: