ads
Saturday, July 6, 2019

July 06, 2019


Sabda Nabi tentang Keutamaan Shalat Berjamaah
1.     Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda,
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari)
2.    Dari Abu Darda’, Rasulullah bersabda,
Rasulullah saw. bersabda:
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِيْ قَرْيَةٍ أَوْ بَدْوٍ لَاتُقَامُ فِيْهِمُ الْجَمَاعَةُ إِلَّا اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah disuatu desa atau sahara, yang tidak didirikan shalat berjamaah di antara mereka kecuali mereka akan dikuasai dan dikalahkan oleh setan. Maka dirikanlah shalat jamaah, karena sesungguhnya harimau akan memangsa kambing yang jauh dari kawanannya.” (HR. Abu Daud)

Sabda Nabi tentang Shalat Perempuan
1.     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا
“Shalat seorang perempuan di kamar khusus untuknya lebih afdhal daripada shalatnya di ruang tengah rumahnya. Shalat wanita di kamar kecilnya (tempat simpanan barang berharganya, pen.) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya.” (HR. Abu Daud)

2.    Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah bersabda,
خَيْرُ مَسَاجِدِ النِّسَاءِ قَعْرُ بُيُوتِهِنَّ
“Sebaik-baik tempat sujud bagi perempuan adalah bagian dalam rumah mereka.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
3.    Dari Ummu Humaid Radhiyallahu ‘anha, ia pernah mendatangi Rasulullah, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, saya ingin sekali shalat berjamaah bersamamu.” Rasulullah menjawab,
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ مَعِى وَصَلاَتُكِ فِى بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى حُجْرَتِكِ وَصَلاَتُكِ فِى حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِى دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِى دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِى
“Aku tahu bahwa engkau sangat ingin shalat berjamaah bersamaku. Namun, shalatmu di dalam kamar khusus untukmu (bait) lebih utama daripada shalat di ruang tengah rumahmu (hujrah). Shalatmu di ruang tengah rumahmu lebih utama daripada shalatmu di ruang terdepan rumahmu. Shalatmu di ruang terdepan rumahmu lebih utama daripada shalat di masjid kaummu. Shalat di masjid kaummu lebih utama daripada shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi).” (HR. Ahmad)

Hukum Perempuan Shalat Berjamaah di Masjid
Para ulama sepakat bahwa shalat fardhu berjamaah di masjid bagi lelaki adalah lebih utama daripada shalat sendirian di rumah. Namun, bagi wanita lebih utama mendirikan shalat fardhu di rumah, berdasarkan beberapa hadis di atas.
Dalam kitab I’anah ath-Thalibin karya Syaikh Abu Bakr bin Muhammad ad-Dimyathi juz 2 halaman 5 disebutkan:
قوله: والجماعة في مكتوبة لذكر بمسجد أفضل-- وذلك لخبر: صلوا - أيها الناس - في بيوتكم، فإن أفضل الصلاة صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة. …….. وخرج بالذكر المرأة، فإن الجماعة لها في البيت أفضل منها في المسجد
“(Ungkapan Syaikh Zainuddin al-Malibari: Shalat Fardhu berjamaah di masjid lebih utama bagi laki-laki) hal tersebut berdasarkan hadis “Shalatlah kalian di rumah-rumah kalian karena shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang di rumahnya, kecuali shalat fardhu……dan di sini terdapat pengecualian bagi perempuan. Bagi perempuan shalat berjamaah lebih utama dilaksanakan di rumahnya daripada di masjid.”
Akan tetapi, apabila seorang wanita ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid, hendaklah tidak dilarang, selama wanita tersebut memperhatikan aturan semisal menutup aurat dan tidak memakai wewangian yang mengundang perhatian.
Abdullah bin Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا
“Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian ke masjid. Jika mereka meminta izin kepada kalian maka berilah ia izin.” (HR. Muslim)
Setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi seorang wanita jika ingin shalat berjamaah di masjid: (1) menutup aurat, (2) tidak memakai wewangian yang dapat mengundang perhatian, (3) harus mendapatkan izin suami.
Al-Mawardi (w.450 H.), dalam kitabnya Al-Hawi Al-Kabir berkata,
من السنة لهن الصلاة في بيوتهن دون المساجد
“Disunnahkan bagi para wanita shalat di rumah-rumah mereka, bukan di masjid.” (Al-Hawi Al-Kabir, jilid.2, hal. 163.)
Imam An-Nawawi (w.676 H) juga menegaskan:
وَأَمَّا النِّسَاءُ فَجَمَاعَتُهُنَّ فِي الْبُيُوتِ أَفْضَلُ لِمَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ " قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمْ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ " فَإِنْ أَرَادَتْ الْمَرْأَةُ حُضُورَ الْمَسَاجِدِ مَعَ الرِّجَالِ فَإِنْ كَانَتْ شَابَّةً أَوْ كَبِيرَةً تُشْتَهَى كُرِهَ لَهَا الْحُضُورُ وَإِنْ كانت عجوز الا تُشْتَهَى لَمْ يُكْرَهْ
“Bagi para wanita, melaksanakan shalat berjamaah di rumah-rumah mereka lebih utama, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah bersabda: ‘Janganlah kalian larang istri-istri kalian ke masjid, dan rumah mereka lebih baik bagi mereka.’ Namun, apabila seorang wanita ingin hadir shalat berjamaah di masjid bersama kaum laki-laki, jika adalah seorang wanita yang masih muda atau sudah tua tetapi masih menarik (nyahwati), maka makruh baginya hadir shalat berjamaah di masjid. Tetapi, jika wanita tersebut telah berusia senja/tua yang tidak lagi menarik, maka tidak makruh baginya hadir ke masjid.” (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, jilid.4, hal.197)
Imam ar-Ramli (w.1004 H.) juga menguatkan perihal wanita muda yang shalat berjamaah di masjid:
ويكره لها حضور جماعة المسجد إن كانت مشتهاة ولو في ثياب مهنة، أو غير مشتهاة وبها شيء من الزينة أو الريح الطيب
“Dimakruhkan bagi wanita yang musytahah (menarik; nyahwati) ikut shalat berjamaah di masjid walaupun memakai pakaian yang jelek, atau dia bukanlah wanita yang menarik yang dapat menimbulkan syahwat tetapi mengenakan perhiasan atau wewangian.” (Nihayatu Al-Muhtaj, jilid 2, hal. 140.)

0 comments: