ads
Wednesday, March 13, 2019

March 13, 2019



عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ , قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ.
) رواه مسلم (

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Bagi siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim, no. 55)

Tamim bin Aus ad-Dari
Tamim bin Aus ad-Dari adalah seorang pendeta Nasrani dari Palestina. Pada tahun 9 H ia datang ke Madinah dan menyatakan masuk Islam. Dialah yang menjadi sababun nuzul (sebab turunnya) surah al-Ma’idah ayat 106-108. Kun-yah-nya adalah Abu Ruqayyah, yang berarti ayahnya Ruqayyah. Ada 18 hadits yang ia riwayatkan, satu di antaranya adalah hadits ini yang tersurat dalam Shahih Muslim.
Saat menunaikan shalat Tahajud Tamim sering mengulang-ulang satu ayat tertentu hingga ia menangis tak henti-henti. Ayat tersebut adalah:

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Apakah orang-orang yang berbuat jahat mengira bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 21)
Tamim adalah orang pertama yang mengenalkan sistem penerangan/pencahayaan Masjid. Ia juga kesohor sebagai narator pertama cerita-cerita agama Islam. Peran sebagai narator atau storyteller ini bermula ketika umat Islam terlihat mulai lalai dari al-Qur’an pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Atas izin sang Khalifah, Tamim menyelenggarakan pagelaran cerita Islami setiap minggu menjelang shalat Jum’at. Berkat pagelaran itu umat Islam kembali termotivasi untuk bermesraan dengan al-Qur’an.
Tamim bin Aus adalah orang yang pernah bertemu dan berbicara langsung dengan Dajjal. Kejadian itu terjadi sebelum ia memeluk Islam. Kisah pertemuan Tamim dengan Dajjal ini diabadikan secara lengkap dalam hadits Shahih Muslim (4/2261 no. 2942).
Sepeninggal Khalifah Utsman bin Affan, Tamim pindah ke Palestina. Ia wafat di sana pada tahun 40 H dan dimakamkan di kota Bayt Jibrin (sekitar Hebron), Palestina.

Agama adalah Nasihat
Jika hanya merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita gagal memahami hadits tersebut. Pasalnya, dalam KBBI, kata “nasihat” diartikan sebagai (1) ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik; (2) ibarat yang terkandung dalam suatu cerita dan sebagainya; moral. “Nasihat bagi Allah dan Rasul-Nya”, apakah berarti Allah dan Rasul-Nya dinasihati, ditegur, dan diberi peringatan? Tentu tidak!
Nah, untuk memahami terjemahan tersebut secara benar, maka kembalikan kata “nasihat” kepada bahasa aslinya, yakni bahasa Arab. Sebagai penanda bahwa kata tersebut adalah bahasa asing (Arab), maka saya menulisnya secara Italic atau cetak miring: “Agama adalah Nasihat”.
Kata an-nashihah berasal dari kata an-nush-hu yang berarti al-Khulush (murni, bersih) atau an-nash-hu yang berarti al-Khiyathah/al-Khaith (menjahit/menyulam dengan jarum; yakni kain yang robek atau terpisah menjadi tersulam/tersambung dengan baik). Dengan demikian, hakikat dari nasihat adalah memurnikan, membersihkan, berbuat baik, atau memperlakukan dengan baik.

Nasihat bagi Allah
Nasihat bagi Allah berarti memurnikan iman dan ibadah kita kepada-Nya dengan tidak mempersekutukannya dengan apa pun, tunduk dan taat hanya kepada-Nya, tidak durhaka/bermaksiat kepada-Nya, serta ikhlas beramal saleh semata-mata karena-Nya.

Nasihat bagi Kitab-Nya
Yakni, memurnikan keimanan kita kepada kitab-Nya dengan mengimani bahwa kitab suci tersebut adalah kalam Allah (bukan buatan manusia), istiqamah membacanya, mengamalkan isinya, serta mengajarkan/mendakwahkannya kepada orang lain.

Nasihat bagi Rasul-Nya
Yakni, memurnikan iman kita bahwa Rasul adalah manusia pilihan yang diutus Allah membawa ajaran suci di atas muka bumi. Keimanan itu kita wujudkan dengan mengikuti (ittiba’) sunnahnya dan menjauhi segala yang melanggar syariatnya.

Nasihat bagi Pemimpin-Pemimpin Kaum Muslimin
Yakni, berbuat baik secara ikhlas dengan taat dan membantu mereka dalam kebaikan dan kebenaran, serta mengingatkan mereka jika lalai menunaikan kewajiban atau justru berbuat buruk kepada kaum muslimin.

Nasihat bagi Umat Islam pada Umumnya
Yakni, berlemah lembut kepada umat Islam, tidak menyakiti mereka, gemar menolong mereka, menutup aib mereka, mengajak mereka ke jalan kebenaran dan menjauhkan mereka dari jalan kemungkaran, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, dan kebaikan-kebaikan yang lain.

Kesimpulan
“Agama adalah nasihat” memuat arti bahwa pondasi agama Islam adalah berbuat baik secara murni (ikhlas) kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin umat Islam, dan kaum muslimin pada umumnya.

Referensi
Ibnu Hajar al-Haitami, 2011, al-Fathu al-Mubin bi Syarhi al-Arbain, Cet. II, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah.
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu, 2010, al-Wafi fi Syarhi al-Arbain an-Nawawiyah, Cet. II, Damaskus: Darul Musthafa.
Muhammad Raji Hasan Kinas, 2011, Nafahat ‘Athirah fi Sirah Shahabat Rasulillah, Beirut: Darul Ma’rifah.

***

وَمَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً  #  تَجَرَّعْ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
Siapa yang tidak merasakan kepedihan belajar walau sesaat
Dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hayat

وَمَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيِمُ وَقْتَ شَبَابِهِ    # فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعاً لِوَفَاتِهِ
Siapa yang ketinggalan belajar di waktu muda
Bertakbirlah untuknya empat kali karena (sejatinya) dia telah “tutup usia”

حَيَاةُ الْفَتَى -وَاللهِ- بِالْعِلْمِ وَالتُّقَى  #  إِذَا لَمْ يَكُونَا لاَ اعْتِبَارَ لِذَاتِهِ
Kehidupan pemuda –demi Allah- ada pada ilmu dan ketakwaannya
Jika keduanya tidak ada, maka dirinya tiada guna
(Kata Mutiara Imam Syafi’i)



0 comments: