ads
Sunday, August 30, 2015

August 30, 2015
4
Seorang lelaki mendatangi Ibrahim bin Adham untuk mengadukan masalahnya.

“Wahai Imam, setiap kali aku ingin bertobat dan meninggalkan dosa, setiap itu pula aku justru kembali berbuat dosa,” kata lelaki itu. “Karena itu, berilah aku nasihat, wahai Imam yang bijaksana.”

Ibrahim bin Adham menjawab, “Engkau boleh dan bebas bermaksiat kepada Allah jika bisa memenuhi lima syarat ini.”

“Syarat apa itu, wahai Imam?”

#1
“Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, janganlah bermaksiat di bumi-Nya,” terang Ibrahim bin Adham.

“Lantas, di manakah aku bisa bermaksiat?”

“Di luar bumi Allah,” jawab Ibrahim bin Adham tegas.

“Bagaimana mungkin, wahai Imam? Bukankah seluruh bumi ini adalah milik Allah?”

“Jika demikian, tidakkah engkau malu bermaksiat di atas bumi Allah ini?”

#2
Ibrahim bin Adham melanjutkan, “Jika engkau ingin tetap bermaksiat, janganlah memakan rezeki dari Allah.”

“Bagaimana aku bisa hidup, sementara semua rezeki yang aku terima adalah dari-Nya?”

“Jika demikian, tidakkah engkau malu memakan rezeki-Nya sementara engkau bermaksiat kepada-Nya?”

#3
Ibrahim bin Adham melanjutkan, “Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, lakukanlah di tempat yang tidak dilihat oleh-Nya.”

Lelaki itu menjawab, “Bagaimana mungkin aku melakukannya, sementara Dia terus bersamaku di mana pun aku berada.”

“Jika demikian, tidakkah engkau malu bermaksiat kepada-Nya sementara Dia selalu bersamamu?”

#4
Ibrahim bin Adham kembali melanjutkan, “Jika engkau ingin tetap bermaksiat, apabila malaikat maut datang kepadamu untuk mengambil nyawamu, katakan kepadanya, ‘Jangan cabut nyawaku sekarang. Tunggu sampai aku bertobat.’”

“Ah, mustahil itu bisa dilakukan!” sahut si Lelaki.

“Jika demikian, tidakkah engkau malu saat nyawamu diambil engkau dalam keadaan bermaksiat?”

#5
Ibrahim bin Adham lalu menyampaikan syarat kelima.
“Jika engkau ingin tetap bermaksiat, apabila malaikat zabaniah yang menjaga neraka Jahanam datang untuk membawamu menuju neraka, katakan kepada mereka, ‘Aku tidak akan pergi bersamamu!’”

“Ah, lagi-lagi itu mustahil aku lakukan!” sahut si Lelaki.

“Jika demikian, masihkah engkau tidak malu kepada Allah?”

*

Lelaki itu tidak kuasa lagi berkata-kata. Air matanya tumpah, malu kepada Allah, kemudian berlalu dari hadapan Ibrahim bin Adham.


4 comments:

Mas Huda said...

Masya Allah, jleb banget nasihatnya....

Irham Sya'roni said...

Iya, Mas, saya pun langsung berasa ditampar. Plakkk! Dan, makjleebbbb!

Rosalina Susanti said...

Intinya ga boleh maksiat ya :')
nice articel :)

Irham Sya'roni said...

Begitulah Ibrahim bin Adham memberi nasihat kepada kita.