ads
Tuesday, September 2, 2014

September 02, 2014
8

“Ayo, kita sarapan dulu supaya tubuh kita sehat dan kuat!” kataku kepada anakku tadi pagi.

“Aku tidak mau sarapan!” jawab anakku sambil tetap asyik bermain di halaman rumah.

“Ayo, Sayang, sarapanlah dulu walau sedikit,” bujukku. Tetapi, anakku tetap menolak. Dia terus berlari ke sana kemari memainkan layang-layang pemberian eyangnya.

Ki Demang, yang sedari tadi menyiangi sawah di dekat rumahku, tertawa cekikikan. Aku merasa diejek oleh tawanya. Seketika aku hampiri dia dengan darah yang mulai mendidih.

“Sampean meledekku, ya, Ki?!” bentakku.

Huahahahaaa…. Ki Demang malah tertawa terbahak-bahak. Kemarahanku pun hampir saja mewujud dalam kekerasan tangan. Beruntung, Ki Demang segera meredam amarahku.

“Dul, apa yang dikatakan anakmu itu benar. Dia tidak salah. Justru kamulah yang salah, tapi kaprah,” ucap Ki Demang.

Lho, apa salahku, Ki? Meminta anak agar sarapan itu sampean anggap salah?” sahutku.

“Dalam bahasa Indonesia, kata sarapan itu tergolong nomina atau kata benda, Dul. Bukan kata kerja. Coba kamu lihat KBBI, sarapan /sa·rap·an/ artinya adalah ‘makanan pagi hari; makanan pada pagi hari’. Kalau tadi kamu bilang ‘Ayo, kita sarapan dulu’, berarti ‘Ayo, kita makanan pada pagi hari dulu’. Nah, tampak nyata galatmu dalam berbahasa, kan?” urai Ki Demang yang dipungkasi dengan tawanya yang terkekeh.

“Kalau begitu, yang benar bagaimana, Ki?” tanyaku serius.

“Semestinya, kata kerja untuk menyatakan ‘memakan sesuatu pada pagi hari’ adalah menyarap, bukan sarapan. Kata menyarap terbentuk dari kata dasar sarap. Contohnya, ‘Ayo, Nak, kita menyarap dulu supaya tubuh kita sehat dan kuat!’ Tapi, yang namanya bahasa, selama kita bisa berkomunikasi dengan baik, saling memahami, dan tidak memunculkan kesalahan yang fatal, salah kaprah pun tidak menjadi masalah. Bukankah kita sudah terbiasa dengan segudang kesalahkaprahan dalam hidup?” ujarnya, lalu kami sambut dengan tawa bersama.

“Ah, dasar sarap lo, Ki!” umpatku sambil cekikikan. ^_^

 

8 comments:

mas huda said...

ngakak banget baca ini... hla terus kalo ngajak makan siang gimana?

Irham Sya'roni said...

Kalau mau ngajak saya makan siang, cukup SMS atau telp saja, Mas. :)

*Tidak ada istilah khusus untuk makan siang.

ceritatugu said...

hehe tapi kalau didengar enakan kata sarapan soalnya sudah menyatu dalam daging

Irham Sya'roni said...

Betul, Pak. Saya sendiri juga sudah mendarah-daging dengan kata 'sarapan' daripada 'menyarap'. Bahkan, 99,9% saudara-saudara kita juga terbiasa dengan kata 'sarapan'.

memoar biru blog said...

hihihi...ikut nyengir bacanya, Mas... tulisannya mencerahkan, Mas. baru tahu sarapan itu ternyata juga hasil salah kaprah. mantap. ^_^

Irham Sya'roni said...

Hehe... Begitulah salah kaprah, Mas. Biarpun salah, justru dipakai banyak orang. :)

Noorma Fitriana M. Zain said...

Kang.. apakabar?

bewe dulu, yaa :D

Irham Sya'roni said...

Alhamdulillah, kabar baik, Mbak. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bewe kemari. Wah, saya jadi malu nih karena tidak rajin bewe seperti teman-teman yang lain. :)