“Aku tidak mau sarapan!” jawab anakku sambil tetap asyik
bermain di halaman rumah.
“Ayo, Sayang, sarapanlah dulu walau sedikit,” bujukku.
Tetapi, anakku tetap menolak. Dia terus berlari ke sana kemari memainkan
layang-layang pemberian eyangnya.
Ki Demang, yang sedari tadi menyiangi sawah di dekat rumahku,
tertawa cekikikan. Aku merasa diejek oleh tawanya. Seketika aku hampiri dia
dengan darah yang mulai mendidih.
“Sampean meledekku, ya, Ki?!” bentakku.
Huahahahaaa…. Ki Demang malah tertawa terbahak-bahak. Kemarahanku
pun hampir saja mewujud dalam kekerasan tangan. Beruntung, Ki Demang segera meredam
amarahku.
“Dul, apa yang dikatakan anakmu itu benar. Dia tidak
salah. Justru kamulah yang salah, tapi kaprah,” ucap Ki Demang.
“Lho, apa salahku, Ki? Meminta anak agar sarapan itu sampean
anggap salah?” sahutku.
“Dalam bahasa Indonesia, kata sarapan itu tergolong
nomina atau kata benda, Dul. Bukan kata kerja. Coba kamu lihat KBBI, sarapan
/sa·rap·an/ artinya adalah ‘makanan pagi hari; makanan
pada pagi hari’. Kalau tadi kamu bilang ‘Ayo, kita sarapan dulu’, berarti ‘Ayo,
kita makanan pada pagi hari dulu’. Nah, tampak nyata galatmu dalam berbahasa,
kan?” urai Ki Demang yang dipungkasi dengan tawanya yang terkekeh.
“Kalau begitu, yang benar bagaimana, Ki?” tanyaku serius.
“Semestinya, kata kerja untuk menyatakan ‘memakan
sesuatu pada pagi hari’ adalah menyarap, bukan sarapan. Kata menyarap
terbentuk dari kata dasar sarap. Contohnya, ‘Ayo, Nak, kita menyarap dulu
supaya tubuh kita sehat dan kuat!’ Tapi, yang namanya bahasa, selama kita bisa
berkomunikasi dengan baik, saling memahami, dan tidak memunculkan kesalahan yang
fatal, salah kaprah pun tidak menjadi masalah. Bukankah kita sudah terbiasa
dengan segudang kesalahkaprahan dalam hidup?” ujarnya, lalu kami sambut dengan
tawa bersama.
“Ah, dasar sarap lo, Ki!” umpatku sambil
cekikikan. ^_^
8 comments:
ngakak banget baca ini... hla terus kalo ngajak makan siang gimana?
Kalau mau ngajak saya makan siang, cukup SMS atau telp saja, Mas. :)
*Tidak ada istilah khusus untuk makan siang.
hehe tapi kalau didengar enakan kata sarapan soalnya sudah menyatu dalam daging
Betul, Pak. Saya sendiri juga sudah mendarah-daging dengan kata 'sarapan' daripada 'menyarap'. Bahkan, 99,9% saudara-saudara kita juga terbiasa dengan kata 'sarapan'.
hihihi...ikut nyengir bacanya, Mas... tulisannya mencerahkan, Mas. baru tahu sarapan itu ternyata juga hasil salah kaprah. mantap. ^_^
Hehe... Begitulah salah kaprah, Mas. Biarpun salah, justru dipakai banyak orang. :)
Kang.. apakabar?
bewe dulu, yaa :D
Alhamdulillah, kabar baik, Mbak. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bewe kemari. Wah, saya jadi malu nih karena tidak rajin bewe seperti teman-teman yang lain. :)
Post a Comment