dok. 2013 |
Setelah rapat tersebut, tentu semua telah clear alias
tidak ada masalah lagi, kan? Harapan saya memang begitu. Tetapi, nyatanya
tidak! Sekian bulan lamanya, sejak rapat RT, kegiatan yang sudah diputuskan tersebut
belum juga dimulai. Melihat gelagat yang kurang baik tersebut, akhirnya atas
inisiatif H. Nur Iskandar dan Hj. Siti Alfiyah, kami putuskan membuat kegiatan
sendiri di luar keputusan rapat RT dan pemuda. Kegiatan tersebut berupa semaan
al-Qur’an dan kajian keagamaan untuk anak-anak, remaja, dan orang tua
(khususnya ibu-ibu). Acara ini kami gelar setiap malam Ahad sehabis Maghrib
secara bergiliran dari satu rumah ke rumah lain. Kami telah memulainya pada Juni
kemarin.
Biasanya dalam sekali pertemuan, kami hanya belajar
membaca al-Qur’an sebanyak 1-2 halaman. Memang tidak banyak, karena target kami
bukan banyaknya dan cepat selesainya, tetapi bagaimana mereka bisa membaca
al-Qur’an dengan tartil, baik, dan benar.
Jika 1 juz telah selesai (kira-kira 10-15 pertemuan), digelarlah semaan khusus di mushalla. Semaan khusus ialah mereka menyimak, sedangkan saya membaca 1 juz secara hafalan. Oh, ya, dalam setiap akhir semaan rutin tersebut, kami berikan pula kajian atau ta’lim keagamaan untuk membekali mereka pengetahuan keagamaan serta nilai-nilai akhlak Islam. Jadi, tidak ada target muluk-muluk untuk mereka. Bagi saya, mereka bisa membaca al-Qur’an dan mau melaksanakan kewajiban serta menjauhi keharaman, itu sudah cukup. Sebagaimana ungkapan sahabat Nu’man bin Qauqal kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku melakukan shalat fardhu, puasa pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal (melaksanakannya dengan penuh keyakinan), mengharamkan yang haram (menjauhinya) dan aku tidak menambahkan selain itu sedikit pun, apakah aku akan masuk surga?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab:” Ya.”
Jika 1 juz telah selesai (kira-kira 10-15 pertemuan), digelarlah semaan khusus di mushalla. Semaan khusus ialah mereka menyimak, sedangkan saya membaca 1 juz secara hafalan. Oh, ya, dalam setiap akhir semaan rutin tersebut, kami berikan pula kajian atau ta’lim keagamaan untuk membekali mereka pengetahuan keagamaan serta nilai-nilai akhlak Islam. Jadi, tidak ada target muluk-muluk untuk mereka. Bagi saya, mereka bisa membaca al-Qur’an dan mau melaksanakan kewajiban serta menjauhi keharaman, itu sudah cukup. Sebagaimana ungkapan sahabat Nu’man bin Qauqal kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku melakukan shalat fardhu, puasa pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal (melaksanakannya dengan penuh keyakinan), mengharamkan yang haram (menjauhinya) dan aku tidak menambahkan selain itu sedikit pun, apakah aku akan masuk surga?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab:” Ya.”
Alhamdulillah, Sabtu kemarin (13/09), walaupun badan
saya sedang tidak sehat, saya bisa mendampingi anak-anak, remaja, dan para ibu melaksanakan
semaan khusus. Acara dimulai dengan Cerdas-Cermat Agama (CCA) untuk anak usia
SD. Sehabis shalat Ashar, saya bergegas melajukan motor menuju tempat acara,
yaitu Mushalla Al-Mujahadah. Sekira jam 16.00 WIB, belum ada satu pun anak
yang nongol di mushalla. Akhirnya, saya cari mereka di tempat mereka biasa bermain.
“Mbak Laila, Mbak Eni, Mbak Via, dan Mbak Lia! Lupa ya
kalau sekarang jadwal lomba cerdas-cermat?” ucapku mengingatkan mereka.
Mereka terkesiap menyadari kelalaian mereka. Sambil
senyum-senyum malu, mereka menjawab, “Oh, iya, lupa! Tapi, kami belum mandi,
Mas.”
“Kalau begitu, cepat pulang ke rumah masing-masing lalu
mandi, ya. Jangan lupa teman-teman yang lain diingatkan,” kataku.
Mereka lalu menghambur ke rumah masing-masing. Sepuluh
menit kemudian mereka sudah berada di mushalla. Ada 5 anak perempuan yang
datang. Kami tunggu sampai pukul 16.40 WIB, belum ada tanda-tanda akan datangnya anak-anak
yang lain.
“Teman-teman yang lain ke mana?” tanyaku.
“Mas Fahru tadi pergi sama Mas Khafid naik sepeda,” jawab
mereka.
“Yang lainnya lagi?” cecarku.
“Mbak Icha drumband, Mas ini les, Mas itu dolan,
Mbak ini nonton tivi, Mbak itu gak tahu dolan ke mana,” terang mereka.
Ya sudah, akhirnya dengan peserta seadanya lomba CCA
kami gelar. Dengan dibantu oleh Mas Rizqi, yang sekarang diterima menjadi
mahasiswa IST Akprind Yogyakarta, dan mbak-mbak lainnya, acara CCA berjalan lancar. CCA berakhir tepat
saat adzan Maghrib berkumandang.
CCA Sabtu sore (13/09) |
Seusai shalat Maghrib dilanjutkan dengan acara inti,
yaitu semaan khusus 1 juz. Selain anak-anak,
hadir pula sebagian remaja/pemuda dan ibu-ibu. Semua menyimak ayat demi ayat
yang saya baca secara tartil dan hafalan sampai pukul 19.30 WIB. Sesudah semaan,
pengajian/ta’lim, lalu tahlil, kemudian dilanjutkan dengan pembagian hadiah kepada para
juara CCA hingga pukul 20.00 WIB dan doorprize untuk mereka yang beruntung. Acara ini dipandu oleh Mbak Rina, Mbak Titik, dan Mas Rizqi. Dengan demikian, total waktu kebersamaan saya
dengan anak-anak adalah 4 jam, dari pukul 16.00 sampai pukul 20.00.
Pembagian hadiah seusai semaan al-Qur'an |
Tidak banyak hadiah yang bisa saya berikan kepada
mereka. Hanya juz ‘amma dan buku tulis. Sebetulnya ada uang kas di majelis
kami, yang dikumpulkan dari infak peserta semaan, tetapi target
pertama kami bukan untuk lomba atau lainnya, melainkan untuk membeli portable
sound system. Alat pengeras suara yang berbentuk mini ini sangat kami
idamkan untuk melancarkan acara semaan/tadarus dan kajian setiap malam Ahad. (Ya
Allah, semoga engkau wujudkan cita-cita kami ini!)
Semoga Allah memudahkan kami membeli seperti ini |
Mohon doa dari sahabat narablog di mana pun berada,
semoga sedikit sumbangsih saya untuk anak-anak dan remaja di kampung diterima
oleh Allah Swt dan mendapat keridhaan-Nya. Semoga pula kami diberi kekuatan dan
keteguhan hati untuk selalu konsisten/istiqamah dalam mendakwahkan kebaikan ini
kepada masyarakat di kampung. Semoga pula anak-anak, remaja, dan masyarakat di
kampung kami dijadikan oleh Allah Swt sebagai orang-orang yang shalih dan
berakhlak mulia serta dijauhkan dari pengaruh negatif yang berseliweran di
sekitar kami pada zaman ini. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Sebagai penutup cerita, mungkin ada bagian yang sempat Anda lupakan; saat
saya mendampingi anak-anak sedari sore, kondisi
badan saya sebetulnya sedang tidak sehat. Badan sangat panas. Ee… ajaibnya, pas semaan
al-Qur’an, sama sekali tidak saya rasakan itu. Sama sekali tidak panas. Selesai
semaan dan pulang ke rumah, barulah badan kembali panas/meriang. Kata Mbah Sabdo, itu efek positif dari fokus kepada ayat-ayat al-Qur'an. ^_^
0 comments:
Post a Comment