Apa yang dilakukan oleh Pak A terhadap Pak Gondo, dengan memberikan makanan yang sudah hampir basi, juga mencerminkan bahwa Pak A “menyedekahkan” makanan yang sudah tidak lagi disukainya. Makanan yang sudah tidak lagi berharga baginya. Karena sudah tidak lagi lezat disantap, maka diberikanlah makanan itu kepada Pak Gondo.
Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah melakukannya, atau bahkan sering. Saat orang lain membutuhkan bantuan, buru-buru kita mencari sesuatu yang sekiranya bisa kita berikan. Ironisnya, sesuatu itu justru yang sudah tidak kita sukai juga sudah tidak lagi kita butuhkan. Makanan yang sudah tidak lagi lezat, pakaian yang sudah tidak lagi layak, rupiah yang nominalnya begitu rendah, dan bantuan-bantuan lain yang sudah tidak lagi berharga menurut kita.
Ilustrasi lain yang bisa menjadi bahan renungan kita adalah saat ada kotak infak di hadapan kita. Misalnya, kotak infak setiap hari Jum’at. Apa yang kita lakukan? Mungkin kita buru-buru membuka dompet lalu mencari-cari uang receh atau selembar seribu rupiah untuk diinfakkan. Padahal di dalam dompet kita berbaris pula lembaran lain senilai lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, atau bahkan lima puluh ribu dan seratus ribu. Mengapa hanya uang receh senilai lima ratus perak atau selembar seribu rupiah yang kita masukkan ke dalam kotak tersebut? Tiada lain karena kita cenderung berat hati untuk melepaskan sesuatu yang kita cintai.
Allah swt telah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Q.S. Ali Imran [3]: 92)
Menyedekahkan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, mungkin tetap akan menuai pahala dari Allah jika memang disertai keikhlasan. Tetapi, pahala yang diberikan tentu tidak seistimewa apabila menyedekah barang-barang yang masih bagus dan berharga. Barang-barang yang hati kita sebetulnya masih sangat mencintainya.
Menyedekahkan barang yang masih kita cintai tentu tidaklah mudah. Ada perjuangan yang tidak ringan di sana. Yakni perjuangan untuk menaklukkan nafsu duniawi yang membelenggu hati sehingga membuat kita merasa berat atau bahkan tidak rela untuk melepaskan barang-barang kesayangan kita.
14 comments:
sesungguhnya perang melawan nafsu duniawi yang menguasai diri kita sendiri...betapa teramat dahsyat-nya.
terimakasih sudah diingatkan :)
BlogS of Hariyanto @ benar Mas, perang terhebat adalah melawan diri sendiri. makasih dah kasih atensi, Mas.
semoga kita termasuk hamba-Nya yang bersdekah dengan apa yang kita cintai. Terimakasih mas, sdh diingatkan kembali..:)
Kunjungan malam mas
lama sekali tak berkunjung kemari
wah menyedekahkan barang yang dicintai
susah mas
-____-
kunjunga awal mas..
salam kenal dan persahabatan.
terima kasih
nggak mudah untuk memberikan apa yang kita cintai, hehe..
tapi insyaallah aku bukan orang yang bahil, amin...
semoga kita semua termasuk orang2 yang pandai bersyukur atas nikmat yang sudah ALLAH berikan pada kta.:)
Fitrianto @ Makasih kembali, Mas. Selamat beraktivitas, Mas.
rizki_ris @ iya, Mbak, memang susah. smoga dg berusaha dan berdoa kita akan dimudahkan oleh-Nya, ya, Mbak.
dedhy @ Alhamdulillah, senang sekali bisa tambah saudara di dunia maya ini. Salam kenal juga, Mas. Salam persaudaraan.
cah_kesesi_ayutea @ Amiin, semoga kita menjadi 'abdan syakuron (hamba yg banyak bersyukur). makasih atas kunjungannya, Mbak
Gm klo kita di minta untuk memeberi sesuatu yg kita cintai..misal seorang tulang punggung..hrs rela memberi dan menafkahi adik2nya...pdhl sbnrnya dia jg pnya kbutuhan dan ke inginan...smoga Allah slalu mudahkan rejeki sang tulang punggung ya...Aamin
Aamiin... Semoga Allah memudahkan segala urusannya.
Masya Allah, tulisan yang bagus pak. Mohon ijin sharing. Akan saya sisipkan sumbernya.
Terima kasih..
@mak-irit: monggo, silakan.
Post a Comment