ads
Monday, January 9, 2012

January 09, 2012

Rumah megah, kendaraan mewah, perabotan luks serta harta menumpuk sudah pasti menjadi impian banyak orang. Jujur saja, hampir semua orang menginginkan dirinya berkecukupan kebutuhan materinya. Dengan harta yang bergelimang, orang beranggapan bahwa semuanya bisa diraih, termasuk kebahagiaan.

Namun, kekayaan yang bersifat kebendaan itu sejatinya semu jika tanpa didasari dengan kekayaan hati. Kekayaan materi bukanlah faktor utama menjadikan seseorang bisa menuai kebahagiaan, akan tetapi kekayaan jiwalah yang sesungguhnya menjadi modal terpenting. Sebab, materi jika tidak dikelola dengan baik justru bisa menjadi malapetaka.

Banyak contoh membuktikan hal itu. Qarun, misalnya, ia justru tenggelam ke dalam perut bumi lantaran gandrungnya terhadap dunia. Karenanya, agar kita tidak terjebak ke dalam orientasi materi semata, Islam mengajarkan sikap qana’ah (menerima pemberian Tuhan dengan lapang dada).

Seorang muslim semestinya menyadari bahwa kekayaan hakiki itu letaknya ada pada keikhlasan jiwa dan kerelaan hati menerima karunia Ilahi, seberapa pun besarnya. Harta kekayaan di dunia sejatinya hanyalah titipan dan amanah Allah swt. yang harus dimanfaatkan di jalan keridhaan-Nya. Itulah hakikat kekayaan yang sebenarnya.

Kekayaan hati dapat menenteramkan jiwa, dapat mengubah kecewa dan duka cita menjadi suka cita, dapat mengubah perasaan kurang menjadi kecukupan, dan mengubah kerugian menjadi kenikmatan. Seorang muslim yang senantiasa dekat kepada Allah, dialah yang dapat mewujudkan kebahagiaan hakiki ini.

Saudaraku, perlu didasari, kekayaan duniawi dengan segala gemerlapnya yang sering melenakan hati, sesunggguhnya tidak berharga sedikit pun di sisi Allah swt.. Jadi, mengapa kita mesti menghinakan diri dengan menghamba kepadanya, dan mengapa pula kita seringkali mengeluh dan menyesal hanya lantaran ada sedikit harta yang hilang?

Sepenggal Kisah Inspiratif

Nabi Musa, Si Miskin, dan Si Kaya

Nabi Musa a.s. memiliki umat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Ada yang kaya dan ada juga yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa a.s.. Pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Nabi Musa, “Wahai Nabi Allah, tolong sampaikan permohonanku kepada Allah agar Ia menjadikanku orang yang kaya.”
Nabi Musa tersenyum dan berkata kepada si Miskin, “Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Allah swt.!”

Si miskin agak terkejut dan kesal. Ia lalu berkata, “Bagaimana aku mau banyak bersyukur, sedangkan makan pun aku amat jarang, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja!”

Akhirnya, si Miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap kepada Nabi Musa a.s.. Orang tersebut bersih badannya dan juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa a.s., “Wahai Nabi Allah, tolong sampaikan permohonanku kepada Allah agar Ia menjadikan aku ini seorang yang miskin. Terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku itu.”

Nabi Musa a.s. pun tersenyum, lalu ia berkata, “Wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada Allah swt.!”

“Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Allah? Dia telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat, telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah telah memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja, dan telah memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan. Bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya?” jawab si Kaya.

Akhirnya, si Kaya itu pun pulang ke rumahnya. Kemudian terjadilah, si Kaya semakin ditambah kekayaannya oleh Allah swt., karena ia selalu bersyukur. Dan si Miskin menjadi semakin miskin. Allah swt mengambil semua kenikmatan yang telah diberikan-Nya sehingga si Miskin itu tidak memiliki selembar pakaian pun yang melekat di tubuhnya. Ini semua karena ia tidak mau bersyukur kepada Allah swt.

Untaian Mutiara Kata

1. Orang kaya itu selalu bertempat di bawah orang yang miskin baik di surga atau di neraka, kecuali yang selalu bersedekah. Namun sedikit sekali yang berbuat demikian, karena syaitan merintangi mereka untuk bersedekah. (Abu Laits)

2. Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik ibadahnya. Jauhilah apa yang telah dilarang oleh Allah, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling zuhud. Terimalah dengan ridha rezeki yang diberikan Allah kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya. (Abdullah bin Mas’ud)

3. Yang benar tetap benar, yang salah tetap salah. Kaya dan miskin di hadapan keadilan adalah sama. (Hamka)

4. Engkau tidak akan bisa mencukupi kebutuhan manusia dengan harta kekayaanmu, tetapi engkau bisa mencukupi dengan senyuman yang manis dan tingkah laku yang baik. (Sabda Nabi saw.)

5. Tidak meminta-minta adalah hiasan bagi si miskin, sedangkan syukur adalah hiasan bagi si kaya. (Ali bin Abi Thalib)

6. Yang disebut kaya ialah orang yang tidak mengharapkan apa yang ada pada orang lain. (Sabda Nabi saw.)

7. Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan hati/jiwa.(Sabda Nabi saw.)

8. Siapa merendah hati supaya mendapat harta dari orang kaya, maka lenyaplah dua pertiga agamanya. (Sabda Nabi saw.)

9. Barangsiapa yang modal kekayaannya berupa takwa, maka semua lisan tidak akan ada yang mampu menggambarkan keuntungan dalam agamanya. Barangsiapa yang modal kekayaannya berupa dunia, maka semua lisan tidak akan ada yang mampu menggambarkan kerugian dalam agamanya. (Sulaiman bin Mihran Al-Kufi)

10.Orang yang rakus adalah fakir, meskipun ia memiliki seluruh kekayaan dunia. orang yang taat kepada Allah, maka ia akan ditaati manusia sekalipun ia seorang budak. Orang yang qana’ah (meneriman segala pemberian dan ketetapan dari Allah) adalah kaya sekalipun ia sering kelaparan. (Wahab bin Munabbih Al-Yamani)

11.Jika masih membedakan orang kaya dan orang fakir, berarti kalian belum termasuk orang sukses. Bersabarlah dalam membantu orang-orang fakir. Raihlah keberkahan dengan menemui dan berkumpul dengan mereka. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)

12.Seorang hamba mendapatkan suatu kekayaan dari yang haram, maka ia tidak diberkahi; ia bersedekah dengan yang haram, maka ia pun tidak diberi pahala; dan ia mewariskan yang haram itu kepada anak cucu, maka akan mendorongnya ke neraka. Sesungguhnya Allah swt. tidak menghapus keburukan dengan keburukan, melainkan keburukan dengan kebaikan. (Sabda Nabi saw.)

13.Kalau rezeki dari Allah terlambat, maka beristigfarlah kepada Allah dan mohonlah semoga Dia melapangkan rezeki-Nya untuk Anda. Kunci surga adalah sabar, kunci kemuliaan adalah rendah hati, dan kunci kebaikan (kehormatan) adalah takwa. (Ali bin Abi Thalib)

14.Mohonlah kepada Allah dua hal: pertama, hendaklah Dia ridha kepadamu dan menempatkan dirimu di kalangan ahli ridha; kedua, hendaklah bersembunyi dari disebut di antara para kekasih-Nya. (Lubabah Al-Muta’abbidah)

15.Kalian mempunyai tetangga serta saudara fakir, dan kalian mempunyai harta lebih yang wajib dizakati. Mengapa kalian tidak menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka? Padahal, setiap sesuatu yang kalian berikan itu mengandung keridhaan (doa) orang fakir. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)

16.Allah menyembunyikan tiga hal dari tiga hal: Pertama, menyembunyikan ridha-Nya dari ketaatan kepada-Nya. Karena itu, janganlah engkau cela ketaatan itu sekecil apa pun, karena barangkali di situ terletak ridha Allah. Kedua, menyembunyikan kemarahan-Nya dari kemaksiatan terhadap-Nya. Karena itu, janganlah engkau menganggap ringan suatu kemaksiatan sekecil apa pun, karena barangkali di situ terletak kemarahan-Nya. Ketiga, menyembunyikan wali-Nya dari sekalian hamba-hamba-Nya. Karena itu, janganlah engkau menganggap rendah seorang hamba Allah, karena barangkali dia adalah wali-Nya. (Imam Ja’far Ash-Shadiq)

17.Aku telah mencari empat hal dalam empat hal yang lain, tetapi ternyata aku salah. Kemudian aku baru menemukannya dalam empat hal yang lainnya lagi, yaitu (1) Aku mencari kecukupan dalam harta, tetapi aku menemukannya dalam sikap qana’ah. (2) Aku mencari ketenangan dalam banyaknya harta, tetapi aku menemukannya dalam harta yang sedikit. (3) Aku mencari kenikmatan dalam kesenangan, tetapi aku menemukan pada badan yang sehat. (4) Aku mencari ilmu dengan keadaan perut kenyang, tetapi aku menemukannya dalam keadaan perut lapar. (Hamid Al-Laffaf)

0 comments: