ads
Monday, January 7, 2019

January 07, 2019


Segala bentuk interaksi/perlakuan positif kita terhadap Alquran selalu bernilai ibadah. Setidaknya ada dua puluh (20) bentuk interaksi kita terhadap Alquran sehingga bernilai ibadah.
1.     Hubbul Qur’an (Cinta kepada Alqur’an)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَحَبَّ الْقُرْآنَ فَلْيُبْشِرْ
Dari Abdullah, ia berkata, “Barangsiapa mencintai Alquran hendaklah ia bergembira.” (HR. ad-Darimi)
2.    Tidak bersengaja duduk di majelis dzikir. Dalam hal ini majelis Alquran termasuk bagian dari majelis dzikir. Seseorang duduk di majelis itu secara kebetulan, misalnya, karena sedang menunggu saudaranya sehingga ia memang tidak bersengaja untuk duduk di majelis itu.

عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُهَلِّلُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ قَالَ وَمَاذَا يَسْأَلُونِي قَالُوا يَسْأَلُونَكَ جَنَّتَكَ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا لَا أَيْ رَبِّ قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا وَيَسْتَجِيرُونَكَ قَالَ وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي قَالُوا مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا لَا قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا وَيَسْتَغْفِرُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا قَالَ فَيَقُولُونَ رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ قَالَ فَيَقُولُ وَلَهُ غَفَرْتُ هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ[1]

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi mempunyai beberapa malaikat yang terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir tersebut, mereka duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah. Apabila majelis dzikir itu telah usai, mereka juga berpisah dan naik ke langit.” Kemudian Rasulullah meneruskan sabdanya: “Selanjutnya mereka ditanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dzat Yang Mahatahu tentang mereka: ‘Kalian datang dari mana?’ Mereka menjawab: ‘Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memohon kepada-Mu ya Allah.’ Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: ‘Apa yang mereka minta?’ Para malaikat menjawab; ‘Mereka memohon surga-Mu ya Allah.’ Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya lagi: ‘Apakah mereka pernah melihat surga-Ku?’ Para malaikat menjawab: ‘Belum. Mereka belum pernah melihatnya ya Allah.’ Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata: ‘Bagaimana seandainya mereka pernah melihat surga-Ku?’ Para malaikat berkata: ‘Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu ya Allah.’ Allah Subhanahu wa Ta'ala balik bertanya: ‘Dari apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku?’ Para malaikat menjawab: ‘Mereka meminta perlindungan kepada-Mu dari neraka-Mu ya Allah.’ Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: ‘Apakah mereka pernah melihat neraka-Ku?’ Para malaikat menjawab: ‘Belum. Mereka belum pernah melihat neraka-Mu ya Allah.’ Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata: ‘Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?’ Para malaikat berkata: ‘Ya Allah, sepertinya mereka juga memohon ampun (beristighfar) kepada-Mu?’ Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab: ‘Ketahuilah hai para malaikat-Ku, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka minta, dan melindungi mereka dari neraka.’ Para malaikat berkata: ‘Ya Allah, di dalam majelis mereka itu ada seorang hamba yang berdosa dan kebetulan hanya lewat lalu duduk bersama mereka.’ Maka Allah menjawab: ‘Ketahuilah bahwa sesungguhnya Aku akan mengampuni orang tersebut. Sesungguhnya mereka itu adalah suatu kaum yang teman duduknya tak bakalan celaka karena mereka.’” (HR. Muslim)

3.    Bersengaja duduk di majelis Alquran.

عن أبي هُرَيْرَةَ قال: قال رسول اللَّهِ- صلى الله عليه وسلم-: من نَفَّسَ عن مُؤْمِنٍ كُرْبَةً من كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ الله عنه كُرْبَةً من كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ على مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عليه في الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللَّهُ في عَوْنِ الْعَبْدِ ما كان الْعَبْدُ في عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ ، وما اجْتَمَعَ قَوْمٌ في بَيْتٍ من بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إلا نَزَلَتْ عليهم السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ الله فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لم يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ[2]

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Alquran, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.”

4.    Bersengaja duduk di majelis Alquran untuk mengikuti pembukaan maupun khataman Alquran.
عن أبي قِلَابَةَ رَفَعَهُ قال: مَنْ شَهِدَ الْقُرْآنَ حِينَ يُفْتَحُ ، فَكَأَنَّمَا شَهِدَ فَتْحًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَمَنْ شَهِدَ خَتْمَهُ حِينَ يُخْتَمُ ، فَكَأَنَّمَا شَهِدَ الْغَنَائِمَ حِينَ تُقْسَمُ[3]
Dari Abu Qilabah, ia memarfu'kannya, ia berkata, “Siapa yang menyaksikan ketika Alquran mulai dibaca maka seakan-akan ia menyaksikan sebuah penaklukan di jalan Allah. Siapa yang menyaksikan pengkhatamannya maka seakan-akan ia menyaksikan saat harta ghanimah dibagi-bagikan.” (HR. ad-Dailami)

5.    Sima’ul Quran (Mendengar Bacaan Alquran).
Yakni orang yang tidak bersengaja atau bermaksud mendengarkan Alquran. Misalnya, ia lewat di dekat orang yang membaca Alquran, dan ia menikmati/mendengarkan bacaan itu.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِذَا سَمِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ

“Dan apabila mereka mendengar apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: ‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad).’” (Q.S. a-Maidah [5]: 83)

6.    Al-Istima’ ilal Qur’an (Sengaja Mendengarkan Bacaan Alquran).
وَإِذَا قُرِىءَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 204)
عن أنس-رضي الله عنه- قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم- : من استمع إلى آية من كتاب الله كانت له حسنة مضاعفة، ومن تعلَّمَ آيةً من كتاب الله كانت له نورا يوم القيامة[4]
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang (dengan sengaja) mendengarkan satu ayat dari kitab Allah (Alquran) maka baginya kebaikan yang berlipat. Siapa yang mempelajari satu ayat dari kitab Allah (Alquran) maka baginya cahaya di hari kiamat.”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ : " مَنْ اسْتَمَعَ إِلَى آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى  كُتِبَ لَهُ حَسَنَةٌ مُضَاعَفَةٌ ، وَمَنْ تَلَاهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ "[5]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang (dengan sengaja) mendengarkan satu ayat dari kitab Allah (Alquran) maka dicatat baginya kebaikan yang berlipat. Dan siapa yang membacanya maka baginya cahaya di hari kiamat.” (HR. Ahmad)

7.    Al-Inshat (Berkonsentrasi memperhatikan bacaan Alquran)
Kata inshat seringkali dimaknai secara sama dengan kata sukut, yang berarti diam. Padahal, sejatinya keduanya adalah berbeda. Jika sukut berarti tidak berbicara atau tidak berkata-kata, inshat berarti akal/pikiran tidak melakukan aktivitas apa pun selain terhadap sesuatu yang sengaja ia dengarkan. Sederhananya, inshat boleh kita artikan sebagai berkonsentrasi atau memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
وَإِذَا قُرِىءَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 204)


[4] مصنف عبد الرزاق ج3/ص373.، وهو حديث ضعيف
[5] مسند أحمد بن حنبل ج2/ص341. وهو حديث ضعيف.ومع الذي قبله يكون حديث حسن لغيره

0 comments: