“Kenapa HP dan laptopmu
kaubanting hingga hancur begini, Dul?” celetuk Mbah Sabdo sambil memungut
serpihan HP dan laptopku. “Eman-eman. Ini barang mahal lho. Setidaknya kan bisa
dikilokan, lalu uangnya buat beli bensin yang harganya sekarang ini sedang
melambung tinggi. Iya tho?”
“Sudahlah, Mbah!
Biarkan HP dan laptop itu terberai di situ. Tidak usah dipungut!” cetusku.
“Weleeehhh, kamu
kenapa jadi sensi begitu? Sabar, ya! Ditenangkan hatimu! Kalau ada masalah,
bilang baik-baik sama aku.”
“Ini masalah prestise,
Mbah! Harga diri! Setiap aku bikin status atau twit, ndak ada satu pun
yang nge-like atau komen. Ya sudah, akhirnya aku like dan komen
sendiri, Mbah.”
“Status dan twit itu apa
toh, Dul? Maaf, aku terlalu tua untuk memahami bahasa gaulmu itu.”
“Wah, susah menjelaskan ke jenengan
yang sudah terlampau renta, Mbah. Itu bahasa anak gaul! Aku kasih contoh saja, ya,
Mbah: HARI INI AKU PUASA LHO. KEREN, KAN? Atau ALHAMDULILLAH SEHABIS
CERAMAH, ORANG-ORANG BEREBUT MENCIUM TANGANKU. Atau, ALHAMDULILLAH AKU
KHUSYUK BANGET SAAT TAHAJUD. Nah, ini namanya status atau twit, Mbah.”
“Nah, kalau Like itu
apa?”
“Like itu artinya
‘suka’, Mbah.”
“Oh, intinya kamu pengen disukai
alias dipuji dan disanjung. Begitu?”
“Bukan, Mbah! Bukan
disanjung atau dipuji. Cuma di-Like kok.”
“Ahhh, terserah kausebut
apa, Dul! Kausebut Like, Pujian, Sanjungan, Madah, Praise, atau
apa saja, yang jelas Ibnu Atha’illah pernah dhawuh: ‘Keinginanmu agar
orang-orang mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidaktulusanmu dalam penghambaanmu.’
Ada juga sentilan lain dari Ibnu Atha’illah: ‘Ketika seorang mukmin dipuji,
ia malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada
dirinya.’ Ingat, Dul, kalaulah bukan karena Tuhan menutupi aib-aib kita,
pastilah ternganga semua keburukan dan kebusukan kita. Untung Tuhan tidak
membuka semua aib kita, jadi kita bisa terlihat keren, bersih, dan baik di
hadapan manusia!”
Sreettttttttttt…… Jleebbbb!
Bak panah tajam, kata-kata Mbah Sabdo melesat cepat dan tepat mengenai
jantungku.
4 comments:
Saya juga pernah ditanya seorang teman, "Kamu kok enggak pernah menge-like statusku?" Padahal saya tidak pernah meminta hal yang sama kepadanya,
Coretan di atas diinspirasi oleh seorang teman yg selalu minta TL-nya di-retweet dan statusnya di-like. Hmmm... ternyata jempol maya dan retweet sangat berharganya, ya, Mas?! :)
Alhamdulillah, klo saya lebih suka meminta duit ke teman daripada sekadar meminta jempol
Angpao... angpao... mumpung mau lebaran. :))
Post a Comment