Kitab kecil karya Imam Nawawi[1]
yang berjudul al-Arba'in an-Nawawiyah ini memuat kumpulan hadits
sebanyak 42 hadits. Walaupun judulnya
adalah Arba'in, yang berarti 40, tetapi jumlah hadits yang tertulis di
dalamnya adalah 42. Ini tidak lepas dari kebiasaan orang Arab yang biasa menghilangkan
bilangan pecahan untuk menyebut sesuatu. Bisa dibilang untuk memudahkan penyebutan
maka mereka membulatkan bilangan. Tetapi, kebiasaan ini tidak berlaku dalam
hal-hal yang menuntut pertanggungjawaban amanah, misalnya uang negara, harta
baitul mal, dan lain-lain. Dalam hal ini, karena setiap rupiah harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah maka mereka akan menyebut uang yang
diamanahkan kepada mereka secara utuh dan lengkap.
Apakah hanya Imam
Nawawi yang mengumpulkan dan membukukan 40 hadits pilihan? Ternyata tidak. Selain
beliau, ada banyak imam dan ulama yang menyusun kitab serupa. Sebut saja di
antaranya adalah Abdullah bin Mubarak, Muhammad bin Aslam ath-Thusi, Hasan bin
Sufyan an-Nasa'i, Abu Bakr al-Ajuri, Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim al-Ashfahani,
Imam Daruquthni, Imam al-Hakim, Abu Nu'aim, Abu Abdurrahman imam al-Baihaqi,
dan lain-lain. Tetapi, para imam dan ulama ini memfokuskan 40 hadits mereka berdasarkan
tema-tema tertentu, semisal 40 hadits tentang jihad, tentang akhlak, dan
lain-lain.
Mengapa para imam dan
ulama besar itu bersemangat mengumpulkan dan membukukan 'empat puluh hadits'? Jawabnya
adalah karena adanya motivasi dari berbagai riwayat yang menunjukkan keutamaan mengumpulkan 40 hadits tersebut. Dalam muqaddimahnya, Imam Nawawi mengatakan:
فقد روينا عن علي بن أبي طالب،
وعبد الله بن مسعود، ومعاذ بن جبل، وأبي الدرداء، وابن عمر، وابن عباس، وأنس بن مالك،
وأبي هريرة، وأبي سعيد الخدري رضي الله تعالى عنهم من طرق كثيرات بروايات متنوعات:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "من حفظ على أمتي أربعين حديثاً من أمر
دينها بعثه الله يوم القيامة في زمرة الفقهاء والعلماء" وفي رواية: "بعثه
الله فقيها عالما".
وفي رواية أبي الدرداء:
"وكنت له يوم القيامة شافعا وشهيدا".وفي رواية ابن مسعود: قيل له:
"ادخل من أي أبواب الجنة شئت" وفي رواية ابن عمر "كُتِب في زمرة العلماء
وحشر في زمرة الشهداء".
"Kami
telah meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin
Jabal, Abu Darda’, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abu Hurairah, dan Abu
Sa'id Al-Khudri Radhiallahu 'Anhum dari banyak jalan dan riwayat yang
berbeda: bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Barangsiapa
di antara umatku menghapal empat puluh hadits tentang urusan agamanya maka
Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat bersama rombongan fuqaha dan
ulama.’” Dalam riwayat lain: “Allah akan membangkitkannya sebagai seorang yang
faqih (ahli fiqih) dan 'alim."
Dalam riwayat Abu Darda’:
"Maka aku (Rasulullah) pada hari kiamat nanti sebagai syafaat dan saksi
baginya." Dalam riwayat Ibnu Mas'ud: "Dikatakan kepadanya: masuklah engkau
ke surga melalui pintu mana saja yang engkau kehendaki." Dalam riwayat
Ibnu Umar: "Dia dicatat termasuk golongan ulama dan dikumpulkan dalam golongan
syuhada."
Terhadap hadits-hadits
tersebut, Imam Nawawi mengomentari bahwa semua hadits tersebut adalah dha’if.
Beliau mengatakan dalam muqaddimahnya,
واتفق الحفاظ على أنه حديث ضعيف
وإن كثرت طرقه.
“Para huffazh
(ahli hadits) sepakat bahwa hadits-hadits ini dhaif walaupun
diriwayatkan dari banyak jalan."
Lebih lanjut Imam
Nawawi mengatakan bahwa mayoritas ulama membolehkan menggunakan hadits dhaif
(seperti hadits-hadits di atas) untuk fadhailul a'mal, targhib wat
tarhib, dan hal-hal lain untuk menggalakkan amal shalih dan kelembutan hati serta
akhlak. Dengan syarat, hadits tersebut tidak terlalu dha’if dan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar agama Islam.
Walaupun dalam
konteks ini mengamalkan hadits dha’if dibolehkan oleh mayoritas ulama, tetapi Imam
Nawawi tidak menjadikan hadits-hadits di atas sebagai dasar beliau dalam
mengumpulkan 40 hadits. Dalam hal ini, beliau lebih cenderung berdalil kepada
hadits Nabi:
لِيُبَلِّغ
الشَّاهِدُ مِنْكُمْ الْغَائِبَ
“Hendaklah
yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.” (H.R. Bukhari)
نَضَّر اللَّهُ امْرأً سَمِعَ مَقالَتِي فوَعَاهَا،
فأدَّاهَا كما سَمِعهَا
“Allah
membaguskan wajah (memberi kebaikan) seseorang yang mendengar ucapanku,
kemudian dia menghafalnya, lalu menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar.”
(H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya)
Begitulah Imam
Nawawi dan para imam serta ulama lain bersemangat dan termotivasi mengumpulkan
hadits-hadits Nabi, khususnya 40 hadits beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Semoga kita bisa meneladaninya, mengambil lautan ilmu darinya, dan diberi
kemudahan untuk mengamalkannya. Amin
2 comments:
salam silaturrahmi mas ustadz,,,,,bicara tentang buku hadist yang kecil ini gak ada kata-kata untuk menggambarkan dasyatnya isinya,,,,heeee....idem ustad
Iya, Mas. Secara bentuk sih memang kecil dan tipis, tapi isinya sungguh dahsyat.
Post a Comment