ads
Tuesday, July 9, 2013

July 09, 2013
6



Seperti biasa, menjelang Ramadhan ada banyak sekali permohonan maaf baik melalui SMS, facebook, twitter, BBM, dan lain-lain berseliweran menghampiri saya. Mungkin Anda juga mendapat ucapan yang sama dari saudara, relasi kerja, teman, temannya teman, dan lain-lain, kan?

Pertanyaannya, pernahkah Nabi Muhammad melakukan itu? Atau, setidaknya pada masa para sahabat pernah ada tradisi itu?

Ternyata tidak ada!

Berarti bid'ah donk?
Bid'ah dalam arti bahwa itu merupakan tradisi baru sih memang iya. Karena memang seperti itulah arti bid’ah secara bahasa. Tetapi, tidak lantas kita berhak memvonis bahwa meminta maaf menjelang Ramadhan itu merupakan bid’ah yang sesat dan pelakunya berdosa sehingga pantas dilemparkan ke neraka. Terhadap fenomena ini, sebaiknya kita memandangnya secara arif dan bijaksana. (juga bijaksini... hehe...)

Saling bermaafan itu bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, tidak harus menunggu Ramadhan (atau Idul Fitri). Karena memang tidak ada hadits atau atsar khusus tentang itu.

Lalu, mengapa tradisi ini bisa ngetrend dan membumi seperti sekarang ini setiap menghadapi Ramadhan (juga pada waktu Idul Fithri)?

Bisa jadi trend tersebut karena keberadaan Ramadhan yang merupakan bulan pencucian dosa. Sabda Nabi Saw: “Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab (mengharap ridha Allah), maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadits itulah kita memahami bahwa dengan berpuasa Ramadhan maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita. Yakni, dosa-dosa kita kepada-Nya. Tetapi, bagaimana dengan dosa kita kepada sesama manusia? Tiada lain harus dengan meminta maaf kepada sesama manusia donk. Minta maaf kepada sanak saudara atau kawan yang pernah kita sakiti.

Dari situlah akhirnya muncul "tradisi baru" saling bermaafan. Tradisi ini tentu tidak tak bertujuan. Pasti ada tujuan dan harapan yang mereka idamkan. Apakah itu? Yaitu, harapan memasuki Ramadhan dalam keadaan suci atau bersih dari dosa, baik dosa kepada Allah maupun sesama.

Tetapi, sekali lagi, kita harus membuka kesadaran bahwa saling bermaafan itu terbuka kapan saja dan di mana saja. Tidak hanya Ramadhan, apalagi lebaran! Bukankah saling bermaafan itu merupakan kebaikan?

Ada banyak dhawuh dari Allah dan Rasul-Nya yang menegaskan secara umum bahwa saling bermaafan itu adalah perbuatan yang baik.

“Orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran: 134)

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A'raf: 199)

“Maka maafkanlah dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr: 85)

“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.” (QS. An-Nuur: 22)

“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syura: 43)

Dalam suatu hadits diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah naik ke atas mimbar lalu mengucap "Amin, Amin, Amin." Para sahabat bertanya, “Mengapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Baru saja Jibril berkata kepadaku, ‘Allah melaknat hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk surga (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin’.”


Bagaimana sebaiknya sikap kita?
  1. Jika kita ingin ikut "tradisi sosial" meminta maaf tersebut, maka lakukanlah dengan keyakinan bahwa Rasulullah memang memerintahkan umatnya agar meminta maaf kapan pun dan di mana pun, termasuk sebelum Ramadhan. Juga dengan keyakinan bahwa Rasulullah tidak memerintahkannya secara khusus, hanya menjelang Ramadhan.
  2. Jika tidak ingin mengikuti "tradisi sosial" tersebut, tak perlu merendahkan mereka yang meminta maaf. Apalagi memvonis mereka sebagai pelaku bid'ah, sesat, dan calon penghuni neraka. Jawablah permintaan maaf mereka dengan jawaban yang baik. Berilah maaf atas kesalahan mereka, baik yang disengaja maupun tidak.
  3. Dudukkan masalah ini sebagai fenomena atau tradisi sosial biasa, sebagaimana tradisi-tradisi lain semisal mudik, makan opor ayam atau ketupat saat lebaran, "angpao lebaran" untuk anak-anak, saling berkunjung dan bermaaf-maafan saat lebaran, dan lain-lain, yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan tidak bertentangan dengan agama.

6 comments:

Kang Muroi said...

saya dan keluarga mohon maaf juga ya mas, jika ada salah, selamat menunaikan ibdah puasa ramadhan

Irham Sya'roni said...

Sama-sama. Selama kita berkawan karib selama ini, walaupun melalui blog maupun twitter, jika ada salah dari saya mohon dimaafkan ya. Semoga kita mendapat keberkahan berlipat pd bulan suci ini. aamiin

Pengobatan Tumor Rahang Secara Alami said...

Bulan ramadhan merupakan bulan suci dan penuh berkah maka dari itu janganlah kita mengotorinya dengan permusuhan ..
Mohon maaf lahir batin :)
Selamat menunaikan ibadah puasa ..

Irham Sya'roni said...

Sama-sama, terima kasih..

Unknown said...

Ohh jadi dulu Nabi dan para sahabatnya tidak melakukan itu kang ?
memang sih banyak permintaan maaf menjelang bulan ramadhan tapi itu menurut saya tidak dosa ya kang dan bukan Bid'ah ?

Semoga di bulan ramadhan tahun ini kita selalu di beri kesehatan serta di beri kelancaran untuk menjalankan ibadah puasa ini :) aminn

Irham Sya'roni said...

Iya, Mas. Kapan pun kita boleh saling bermaafan. Dan, menjelang Ramadhan itu termasuk bagian dari "kapan pun".
Doa yang sama untuk Mas Effendi...
Selamat bersiap menjalankan ibadah puada. :)