ads
Wednesday, March 28, 2012

March 28, 2012
32
Di kampungnya, ketenaran Syamrin sebagai tuan tanah sudah tidak terbantahkan lagi. Tanah milik­nya meliputi daerah pesisir pantai, perkebunan, dan per­bukitan. Dengan watak dan naluri pengusaha yang jempolan, Syamrin berhasil mendulang banyak kekaya­an, memanfaatkan tanah yang dia miliki tersebut. Na­mun sayang, di mata warga di kampungnya, Syamrin juga terkenal sebagai orang yang pelit. Bukan rahasia lagi bahwa dalam tiga hari sekali, lelaki setengah baya tersebut bisa membuang berbungkus-bungkus makanan sisa ke tempat pembuangan akhir. Padahal, di sekitarnya banyak orang yang hidup serba kekurangan.

“Apa? Kamu menginginkan sepotong roti yang tersisa di toples ini?” bentaknya sore itu kepada seorang pengemis yang mengharap uluran tangannya.

“Ya, Pak, tolonglah saya,” pinta iba pengemis ter­sebut. “Sepotong roti itu pun tak apa. Buat mengganjal perut saya.”

“Simpan permohonanmu itu! Sudahlah sana pergi!” hardik Syamrin. “Memang kamu kira saya sudah tak mau roti ini?”

Pengemis malang itu pun berlalu. Meninggalkan Syamrin yang terus menggerutu.

Esoknya, seolah tak jera, si pengemis datang lagi ke rumah Syamrin. Maklum, di antara rumah warga, rumah Syamrin yang tampak paling mentereng dan megah. Berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Jadi, wajar kalau bagi pengemis tersebut, Syamrinlah yang paling layak untuk diharapkan sedekahnya.

Namun, kini dilihatnya rumah Syamrin sang penghardik itu telah disesaki banyak orang. Karena pena­saran, pengemis itu pun memberanikan diri bertanya kepada salah seorang warga tentang apa yang terjadi. Menurut omongan banyak orang, lelaki kaya separuh baya tersebut kemarin sore ditemukan tergeletak lemas dengan mulut mengunyah separuh roti. Rupanya, Syamrin mati karena keracunan sepotong roti sisa yang telah kadaluwarsa.

***
Ketamakan adalah sebab yang menenggelamkan Qarun. Sayang,
tidak banyak yang mau belajar darinya.
***

Ketamakan terhadap harta sering berujung pada kerugian besar dan nasib sial,  bahkan tragis. Meng­agungkan harta dengan tidak pada tempatnya, ibarat kita membangun sebuah “menara gading” yang rapuh. Kita menyangka akan bahagia dan mulia dengannya. Padahal, di luar yang kita sadari, “menara gading” ter­sebut suatu kita runtuh dan mengempaskan diri kita.

Ketertarikan terhadap harta dunia bagi kita adalah hal lumrah dan sifat alamiah manusia. Tetapi, dengan menempatkannya secara proporsional akan menjadi pancaran sikap hidup yang dewasa dan tercerahkan. Harta tetap penting tetapi ia bukan segala-galanya. Pan­dangan bahwa harta adalah segala-galanya menjauhkan diri dari ketinggian nilai kemanusiaan kita, yang di atas segala-galanya jauh lebih tinggi dari nilai apa pun dari perbendaharaan materi dunia.

Bersyukur, itulah cara bijak dan cerdas menyikapi rezeki atau kekayaan kita. Dan, nilai syukur manusia bisa dilacak dari seberapa besar kemauan ia berbagi dan peduli dengan sesamanya.

32 comments:

Mas Huda said...

ngeri banget ya matinya gara-gara keracunan, untung rotinya g jadi dikasih, kalo dikasih kan yang mati pengemisnya

Yayack Faqih said...

serakah kepada harta kadang punya tendensi menggadaikan agamanya sendiri, termasuk sifat2 baiknya. Ada org yg dulunya miskin terus mendadak kaya. Dan dgn kekayaanya tsb lantas ia menjadi sombong menganggapnya hartanya adalah harta hasil semua kerja kerasnya. Padahal ya mas semua bentuk apapun adalah titipan...

Irham Sya'roni said...

Mas Huda @ Begitulah skenario Allah kepada pengemis dan si kaya ya Mas. Semoga kita dijauhkan dr sifat bruuk itu. amin

Irham Sya'roni said...

Yayack Faqih @ Benar sekali, Mas. Semua itu adalah pemberian Tuhan. Kita hanya dititipi oleh-Nya.

Uswah said...

aduh2..

Irham Sya'roni said...

Uswah @ kenapa "aduh" Mbak? :-)

mimi RaDiAl said...

Naudzubillahi min zhaliq

smg dijauh kan dr sifat tamak itu ya mas...

NF said...

Astaghfirullahal 'adzim.. kasian banget itu orang, mudah2an kita dijauhkan dari sikap tamak, Aamiin

Irham Sya'roni said...

mimi RaDiAl @ Iya, semoga kita tidak tamak. Semoga Allah menjadikan kita sbgai hamba yg banyak bersyukur dan suka berbagi dgn sesama.

Irham Sya'roni said...

NF @ Ami ya Rabbal 'alamin. Semoga kita dijauhkan dari sifat buruk itu.

Wury said...

Ya begitulah balasan yang harus mereka terima jika ketamakan mereka biarkan mengendalikan hati. Benar, mas, yuk belajar dari Qarun :)

Irham Sya'roni said...

Wury @ Kasihan sekali ya, Mbak, nasib orang yang serakah. Semoga kita dijauhkan dari keserakahan, sebagaimana Qarun yg serakah dan tak mau bersedekah.

Millati Indah said...

jadi inget kalo saya sering pelit sma pengemis. soalnya ragu2 mereka beneran perlu dibantu atau memang menjadikan mengemis sebagai profesi.

Irham Sya'roni said...

Millati Indah @ Sering juga terpikir dmkian, Kawan. Saat itulah, ada 4 kutub yg hrs aq pijak. (1) ga peduli apakah si pengemis bohong atau tidak; yg pnting berbagi rezeki krn Yg di Atas. (2) ragu2 apakh pengmis bnran atau bohong2an; maka mnurut kaidah fiqih qt anggp sj dia pngmis beneran dlhat dr fisiknya; (3) yakin dia pengemis beneran; alangkh mulia qt membantunya. (4) yakin dia pengemis bohongan; tak usahlah qt pedulikn dia.bhkan sdh smstinya qt tegur/ingatkan dia.

Fitrianto said...

Ya Alloh.. jangan engakau jadikan dunia ini di hati kami. Jadikan dunia ini hanya sebatas genggaman di tangan kami....Jadikan dunia ini sebagai wasilah/sarana bekal kami untuk di akhirat kelak..
Trimaksih mas...sdh diingatkan.. saya suka..saya suka...^^

Zona Copas said...

ketamakan past akan membw bncana di kmudian hari,

Anonymous said...

Saya sepakat dan sependapat bahwa harta itu penting,tapi tentu saja bukan segala-galanya. Dengan harta, manusia bisa masuk surga ( jika digunakan untuk beribadah ) tapi bisa juga masuk neraka ( bila untuk bermaksiat ), karenanya tepatlah sebuah kalimat bijak, "tempatkanlah harta di tanganmu, jangan dihatimu"

Terima kasih untuk artikel yang mencerahkan ini.

Wury said...

Assalamu'alaikum, kunjungan siang mas :)

Irham Sya'roni said...

Fitrianto @ Saya juga suka dan makin mantebs dengan doa yg barusan jenengan tuliskan. Saya jg ikut mengamini... amiin

Irham Sya'roni said...

katils @ yup, benar sekali, Sobat. Segala keburukan pasti akan berujng pada kerugian

Irham Sya'roni said...

Zona Copas @ benar banget, Kawan. sy sepakat

Irham Sya'roni said...

Abi Sabila @ terima kasih juga untuk tambahan ilmunya kepada saya dan teman2 lainnya. Sungguh, kata2 bijak itu sekilas tampak sederhana namun sejatinya dalam maknanya: "tempatkanlah harta di tanganmu, jangan dihatimu"

Irham Sya'roni said...

Wury @ Wa'alaikumussalam warahmatullah, makasih kunjungan siangnya, ya Wury. Saya kunjung balik ya

Akhmad Muhaimin Azzet said...

Bila demikian, tentu menyenangkan ya bila hidup suka berbagi kepada sesama...

Syamrin.... Syamrin....

Irham Sya'roni said...

blog kecil @ Benar sekali, mas. Begitulah kalau kita rakus, tak ubahnya serigala atau bahkan melebihi binatang itu. Salam kenal juga ya, Sobat.

Irham Sya'roni said...

Akhmad Muhaimin Azzet @ Pasti sangat... sangat... amat menyenangkan, Mas. Kasihan Syamrin ya, Mas.

Vpie ◥TwekzLibz◤ MahaDhifa said...

. . haduch,, malang banget nasibnya. mati saat mengunyah roti. tapi sukurin dia kena ganjaran nya. pelit sich jadi orang. he..86x . .

rizki_ris said...

Kunjungan dini hari mas
maaf baru berkunjung
astaghfirullah semoga kita dijauhkan dari sikap tamak
amiiin
pembelajaran yang bagus mas

Seagate said...

Makasih mas, sekali lagi diingatkan dengan kisaj2 inspiratif

saya punya award buat sampeyan mas, silahkan dibuka
disini

Irham Sya'roni said...

muhammad hidayat @ Benar sekali, Mas, setiap perbuatan buruk pasti akan menuai balasan yg buruk pula, baik di dunia maupun di alam keabadian kelak. makasih ya Mas.

Irham Sya'roni said...

rizki_ris @ Selamat berkunjung kembali, Mbak. Semoga kita dijauhkan dari sifat2 buruk ya, Mbak, termasuk kikir tsb.

Irham Sya'roni said...

Seagate @ Oh, makasih banget, Mas. wah, sebuah kehormatan bisa dapet award tsb. Setelah dah luang dr kerjaan di "sawah", nanti aku pajang di etalase awardku. hehe